Uwak Hasan, Saya Rindu

Uwak Hasan, Saya Rindu

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Uwak Hasan, Saya Rindu

Alumni As’ad tahun dua ribuan ke atas rasa-rasanya masih sangat hapal dengan Uwak Hasan. Tak hanya hapal rupa dan parasnya, namun juga hapal dengan gaya bicara dan intonasinya.

Saya sendiri baru bertemu dengan UH ketika umurnya sudah menginjak dewasa tua, alias sudah tua. Namun jelas masih terlihat tekstur wajah lonjong agak pipih, rahang kuat, dan kulitnya putih yang sudah mulai memudar.

Badannya sudah mulai condong kedepan, namun jika melihat bentuk perutnya masih ada bekas-bekas kejayaan tubuhnya yang seksi. Mulai dari bahu sampai ke jari tangan menyisakan tulang yang dilindungi oleh kulit tebal sedikit bercorak, dan dihiasi oleh goresan. Paha sampai ketelapak kaki masih terlihat berisi, sebagai tumpuan semua kegiatan. Disekitar lutut dan pergelangan kaki bila diperhatikan sering gemetar, semut-semut pengapuran tulang, bebas berkeliaran di area itu, akan tetapi telapak kaki tak banyak pengurangan bahkan bertambah tebal. UH jarang sekali berjalan menggunakan alas kaki.

Saya mencoba mengingat-ingat isu yang pernah berkembang, UH sangat ramah dengan Saukani, tapi menjelang kami tamat, beredar kabar bahwa pagi itu UH membawa golok dan mencari santri yang bernama Saukani, tapi Saukani selamat, alhamdulilah. Sampai hari ini tidak ada yang tahu persis ada perselisihan apa antara mereka berdua. Kasus ditutup.

Masih ingat dengan Istana uwak Hasan?

Istana yang tinggi tiangnya sekitar semeter lebih, dindingnya disetting otomatis menjadi AC alami, pintunya menggunakan kata sandi, membuka dan menutup hanya bisa dilakukan oleh UH. Lantainya juga didesain agar bisa memantau perkembangan pasang surutnya air, (meluapnya air sungai Batanghari), dan atapnya juga dirancang agar pemiliknya dapat berolahraga sewaktu-waktu (jika hujan, UH diharuskan rajin bergerak mencari tempat yang aman jika tak ingin basah kuyup).

Siapa yang belum pernah mencicipi hasil perkebunan uwak Hasan?

Mangga, Jagung, Mentimun, Labu, Belewah, Belimbing, dan Jambu adalah jenis tanaman yang ada di kebun UH. Jagung dan Belewah merupakan hasil panen paling digemari oleh para santri. Rasa Jagung UH hanya lidah yang mampu mengungkapkan bagaimana nikmatnya, sementara Belewah enaknya tak pandang bulu, mau dia masih mentah, setengah matang, matang, dan bahkan ketika sudah melempok pun tetap sedap. Jika orang-orang hanya bisa menikmati belewah pada bulan ramadhan saja, maka di tempat UH tak mengenal musim semacam itu. Ready stock.

Terakhir, apa kabar jamban uwak Hasan?

UH memiliki dua jamban, dan paling seksi diantara jamban-jamban yang ada di Seberang. Hampir semua santri meliriknya, bentuk badan jambannya sangat menggoda. Apalagi posisi letaknya saling berhadapan, selalu tersenyum dan ceria walaupun kadang tenggelam dinaiki santri.

Menderita memang, tapi sang jamban bahagia. Untuk bisa menikmati fasilitas jamban UH, para santri diwajibkan mendaftarkan diri kemudian membayar retribusi, dan harganya sangat-sangat bersahabat, Rp 1,500 pertahun. Tapi tak semua santri mau menjadi anggota silaturahmi jamban UH, bukan karena harga, juga bukan karena takut tenggelam, akan tetapi karena UH sudah mulai pelupa.

Untuk sekedar diingat besama, UH merupakan seorang pribadi yang sangat disiplin, semua tindak tanduk dan kejadian beliau catat. Termasuk mencatat siapa yang sudah dan belum mendaftar dan membayar retribusi. Silapnya, kadang UH lupa mencatat.

Peraturan sederhana bagi para penikmat jambannya, “boleh dinikmati sepuasnya, tanpa ada jam besuk. Tapi sebaliknya, jika ada yang menggunakan jamban tapi belum terdaftar, resikonya bisa fatal..! pilihannya, anda lari tunggang langgang atau pasrah menyaksikan UH mengasah pedang?

Sekitar tahun 2012 yang lalu saya mendengar kabar bahwa jamban UH sudah tak ada lagi, tidak ada generasi yang menjaga jambannya, makin hari keseksian jamban makin berkurang, kemolekan badan jamban tak seperti dulu lagi, kuda-kudanya juga mulai pincang, sesuai dengan usia kayunya, jamban itu hancur dihantam arus. Saya sangat sedih mendengar itu.

Bagian lain yang paling membuat hati sedih adalah UH dipanggil oleh pemiliknya, Allah SWT. Innalillahi wa innailaihiroojiun, selamat jalan Uwak Hasan, semoga semua amal ibadahmu menjadi alat yang bisa mengantarmu bertemu Allah.

Seri artikel Silaturahmi Kaum Santri

Fajri Al Mughni

0 Responses

  1. Msh ada 1 sosok.. ungkap sosok ibnu, dgn bahasa khas dipagi hari.. yooo…godo’.,nasi gemuk, bla.. bla.. ank asrama psti hapal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Manusia & Agama di Tahun Politik