Untuk Apa “Nikita Mirzani” Diciptakan?

Untuk Apa “Nikita Mirzani” Diciptakan?

*Fajri Al Mughni

Sebelum pertanyaan yang sangat penting itu dijawab, saya coba kasih gambaran secara umum mengapa manusia diciptakan. Dan sebelum gambaran itu dibuat, saya ajukan satu pertanyaan, yang mana pertanyaan itu saya sendiri yang akan menjawabnya. Kawan-kawan baca saja, kalau ada tambahan, silahkan ditambahi dikolom yang disediakan. Kolom mana sajalah.

Apakah adanya manusia merupakan hasil dari suatu kebetulan atau memang Tuhan punya tujuan dan kehendak dalam menciptakannya?

Jawabannya jelas bahwa Tuhan punya tujuan dan kehendak. Setidaknya ada tiga kehendak Tuhan: pertama: kehendak menciptakan alam, termasuk kehendak menciptakan manusia bernama Nikita Mirzani, kedua: kehendak melenyapkan alam, termasuk kehendak melenyapkan Nikita Mirzani jika memang sudah waktunya. Dan ketiga: menentukan bahwa alam ini terdiri atas ruang, materi, waktu, dan seperangkat hukum alam. Salah satunya, jika berani menghujat, maka bersiaplah dihujat. Cuma tengok-tengok juga siapa yang dihujat. Khawatir kalau salah hujat, anda kena jerat.

Ada lagi, “meladeni-diladeni”. Ini hukum alam. Ada memang manusia yang suka memancing untuk diladeni, agar ia punya ruang lebih untuk meladeni. Karena diladeni adalah salah satu fitrah keinginan manusia. Sebut saja Nikita Mirzani misalnya. Dia telah membuka ruang untuk dihujat, sekaligus agar diladeni. Dengan begitu, dia akan bergembira karena bisa meladeni. Saya pun menyadari telah terjebak dalam konsep “laden-meladen” ini. Asem.

Kata Idrus Shahab, sebagian manusia menganggap bahwa alam ini “lepas” sama sekali dari Tuhan. Artinya, yang terjadi pada alam semuanya kebetulan. Alam berproses berdasarkan kemauannya sendiri. Jika begini logikanya, maka manusia tercipta tanpa tujuan. Setelah kematian, habis perkara. Mungkin, ini baru mungkin ya, Nikita Mirzani berpikir begitu. Karena saya tengok, dia berbuat sekehendak birahinya. Tolong kalimat “saya tengok” jangan diartinya bahwa saya “memperhatikan dengan seksama” ya.

Saya coba menerka, ada masanya Nikita Mirzani mencoba membuat feedback ke Tuhan dengan cara mencari-Nya. Bisa jadi sudah ia lakukan. Masalah sebab-musababnya mengapa ia mencari Tuhan, saya tidak tau. Sampai hari ini belum ada niat untuk menanyakan itu padanya, pada Nikita.

Jika begitu yang dilakukan oleh Nikita (mencari Tuhan), maka logika berpikir Nikita benar-benar aneh dan juga tidak tepat. Nikita hanya bisa “membuat”, tidak bisa “mencipta”. Karena “membuat” adalah perbuatan kreatif menggunakan bahan-bahan yang ada. sedangkan “mencipta” adalah perbuatan yang dilakukan dari ketiadaan mutlak. Singkatnya, “mencipta” itu 100% hak prerogatif Tuhan.

Dengan Nikita telah membuat berbagaimacam kontoversi, merasa bahwa ia manusia “bebas”, maka seharusnya ia tidak mencari Tuhan. Misalnya nih, Nikita membuat robot, robot tidak mungkin akan memikirkan pembuatnya, yaitu Nikita. Kecuali, si robot diciptakan agar mengabdi dan menyembah kepada penciptanya. Atau, penciptanya berkehendak agar yang diciptakannya mengabdi. Tolong dipikirkan kalimat ini dalam dalam!. Karena kalau tak dalam, tidak akan mencapai dasar. Nikita Mirzani pasti paham kalimat itu.

Atau Nikita “menyerah”. Ia mengakui dan meyakini bahwa benar Tuhan menciptakan manusia dengan sebuah tujuan mulia. Tidak merusak alam, merusak pikiran dan merusak tatanan kehidupan sosial. Dengan logika dan keyakinan seperti itu, otomatis Nikita akan terpikir bahwa Tuhan telah melengkapi jiwa manusia dengan “program” untuk mencari dan menyembah-Nya. Tapi kata Idrus Shahab lagi, “keberhasilan dalam menemukan Tuhan secara benar lalu melakukan pengabdian kepada-Nya ini bergantung pada sejauh mana manusia itu dapat memelihara jiwanya”.

Bentuk dari terpeliharanya jiwa adalah terpeliharanya lisan dan tindakan. Untuk itu, kepada siapa saja, bukan hanya Nikita Mirzani, harus segera meninggalkan tindakan “bebas” yang merasa bahwa manusia “lepas” dari Tuhan.

Kalau begitu, untuk apa Nikita Mirzani diciptakan? Minimal untuk menginspirasi saya dalam membahas untuk apa manusia diciptakan Tuhan.

Salam Kalam Literasi

17 November 2020 (hari dimana saya masang tajur tapi putus, besar kemungkinan dimakan oleh ikan gabus)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BacaanTerkini

Pen Besi di Kaki Ibu Siti, dan Besi Tumpul di Kepala Pejabat Negeri
Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen ...
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu ...
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Di tanah Merangin dan Sarolangun yang ...

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen Besi yang Masih Menancap di Kaki
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Manusia & Agama di Tahun Politik