“Terpesona”; bukan hanya sebuah Kolaborasi antara Mimpi dan Hayalan

“Terpesona”; bukan hanya sebuah Kolaborasi antara Mimpi dan Hayalan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

“Terpesona”; bukan hanya sebuah Kolaborasi antara Mimpi dan Hayalan

“Terpesona”; bukan hanya sebuah Kolaborasi antara Mimpi dan Hayalan

*Fajri Al Mughni

Saya sangat terbantu dengan internet, mudah sekali melacak tentang lagu ini. Beberapa referensi telah menawarkan bermacam ragam informasinya. Namun saya memilih newsantara.id sebagai rujukan utama. Tentu sambil mendengarkan lagu versi aslinya di youtube, diulang-ulang entah berapa kali. Biar meresap.

Sambil menulis ini, kepala goyang ikhlas sekali, kaki ikut mengimbangi, badan otomatis juga ikutan, jari-jari menahan diri, karena sedang mengetik. Kasihan.

Dalam newsantara.id disebutkan bahwa penciptanya adalah Samuel Takatelide, dinyanyikan oleh Vokal grup asal Sulawesi Utara, New Nazareth. Personilnya Samuel Takatelide, Perry Takatelide, Kambi Takatelide, Jufri Takatelide, Sonny Manoppo, Lius Manoppo dan (Alm.) Ewin Manoppo. Sudah populer di daerah asalnya sejak tahun 2012.

Terkaan saya, inspirasi Samuel Takatelide dalam menciptakan lagu Terpesona tidak hanya didasari oleh mimpi dan hayalan semata. Tapi bisa jadi ia pernah melihat seorang gadis, lalu terpesona. Pesona gadis itu datang dalam mimpinya. Ketika ia terbangun, muncullah inspirasi untuk membuat sebuah lirik yang kemudian menjadi lagu, dan viral sampai ke semenanjung bumi.

Sanjungan kepada si gadis memang tak banyak, namun dalam maknanya. Katanya, “Terpesona, Aku terpesona memandang wajahmu yang manis”.

Coba perhatikan, Samuel Takatelide memulai pujian dengan kata “manis”. Besar kemungkinan, gadis itu tak cantik pada mulanya. Tapi karena si gadis merespon dengan senyuman, tampak lesung pipinya yang tipis, halus macam kain sutra dan bola matanya menjadi indah bak mutiara. Lalu Samuel Takatelide terpesona.

Karena ia telah terpesona, wajah si gadis menjadi cantik sekaligus elok dipandang. Dampaknya menjadi besar. Semua yang ada pada si gadis telah membuatnya gelisah tak tentu arah. Tersebab itulah, tidurnya tak nyenyak, kemudian ia terjaga dan tersadar bahwa ia sedang bermimpi. Hebat memang mimpinya.

Samuel Takatelide lalu menulis lirik lagu “Terpesona”. Melalui lagu itu ia menjelaskan kepada bayang-bayang si gadis bahwa ia langsung merasakan sebuah rasa. Rasa cinta. Cinta yang tak jelas identitasnya. Sekali lagi saya menerka, bahwa ungkapan rasa kagum dan cinta Samuel Takatelide sebenarnya bukan kepada bayangan semata, tapi sepertinya si gadis itu memang ada. Hanya saja, ia tak berani mengatakan secara langsung. Samuel Takatelide menutupinya dengan kata “mimpi”. Padahal “nyata”.

Samuel Takatelide menulis lirik dan menciptakan lagu dari hati. Dugaan sementara, inspirasinya tak hanya dari hasil mimpi dan hayalan, tapi dari sebuah wujud gadis manis yang nyata ada.

Hanya lelaki sejati dan tangguh yang bisa merasakan ini. Buktinya, lagu Terpesona pertama kali di viralkan oleh para Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mereka bernyanyi, tapi sambil guling-guling, koprol, salto, loncat-loncat, tiarap, bentak-bentak, seperti marah-marah, tapi joget. Siapa yang berani mempertanyakan ketangguhan dan kesejatian TNI?

Sekedar saran saja, bagi para lelaki yang ingin menjadi sejati dan tangguh, cobalah bernyanyi sambil koprol seperti para TNI. Siapa tahu ada gadis manis yang terpesona.

Lagu “Terpesona” dipilih untuk dijadikan “yel-yel” tentu bukan tanpa alasan. Hanya lelaki sejati yang paham dan mengerti. Saya berharap, lagu “Terkesima” juga dijadikan “yel-yel” berikutnya oleh bapak-bapak TNI.

Salam. Kalam literasi

Biar lebih afdhol, baca ini sambil mendengarkan lagu “Terpesona”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Daha
Proyek Historiografi DAHA

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024