Tafsir Pantun Nofitriana Ardi: Warisan Melayu

Tafsir Pantun Nofitriana Ardi: Warisan Melayu

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Tafsir Pantun Nofitriana Ardi: Warisan Melayu

Tafsir Pantun Nofitriana Ardi

Oleh: Fajri Al Mughni

Dari sekian banyak itu, saya ambil hanya beberapa saja untuk kemudian ditafsirkan. Singkat kisahnya, setelah saya tulis kemudian konfirmasi ke Nofi, alhamdulilah tafsiran yang saya buat tidak jauh meleset dari substansi makna isi pantunnya. Demikian telah saya antarkan. Mari nikmati pantun sang gadis melayu.

Pantun Riang

Cerah nian nampaknyo pagi

Bersinar terang matahari

Riang nian nampaknyo hati

Senyum riang tak tersembunyi.

Tentu saja dia riang, karena tanpa sadar sudah berjalan dan menempuh rute pendidikan sejauh itu. Bukan hanya jauh melambai sampai ke Kota Kembang, tapi juga telah melintang-pokang loncat-loncat pindah sekolah. MTS Ponpes PKP Al-hidayah Jambi. Kemudian SMK N2 Sarolangun jurusan Agribisnis pembibitan dan cultur jaringan. Lanjut lagi D3 kebidanan STIKes Keluarga Bunda Jambi, terus nyambung lagi D4 Bidan Pendidik Padang, dan sekarang terbang lagi lanjut Magister Kebidanan di UNPAD Bandung. Tuh kan, benar-benar melintang-lintang. Prediksi saya kalau melihat riwayat pendidikannya, aroma bakal menjadi seorang penulis hebat telah telah mulai tercium.

Pantun Menyapo

Kalaulah boleh sayo berbagi

Berbagi pantun adat nan lamo

Kalaulah boleh sayo menyapo kanti

Sapo bapantun budayo lamo.

Saya pikir Nofi tidak hendak menantang, hanya memancing saja. Jangan mengaku melayu jika tak pernah coba berpantun. Salah tak mengapa, yang penting berpantunlah. Saya menerka, jika ada yang bertanya begini, “ayuk fi kalau nanti dilamar syaratnya harus pakai pantun ya”? mungkin jawabannya seperti ini, “iya mestilah”. “Gadis melayu lah pulak”.

Maka melalui pantun menyapo, Nofi mengajak kepada semua terutama yang mengaku melayu agar tidak melupakan budaya lama. Pada sebagian pemuda melayu, berpantun hanya untuk para tetua. Ditambah lagi, pantun dianggap tradisi kuno yang tidak perlu dilestarikan. Kesimpulan ini sederhana, tidak mau berpantun artinya tidak mau melestarikannya. Untuk itu, mari kita tawar menawar.   

Pantun Harapan

Elok nian rumah itu 

Bepagar keliling terali besi  

Elok nian pemuda itu

Siang malam selalu mengaji

Saya yakin bahwa Nofi tidak sedang gusar, hanya berharap saja. Harapannya agar para pemuda rajin-rajin mengaji. Saya yakin kalau semua pemuda rajin mengaji, dijamin banyak pemudi galau memilih. Betapa tidak, disuguhkan pada pilihan mau makan sambal jengkol atau sambal petai? Pilih keduanya takut disengat. Pilih satu, sara-rasanya rugi. 

Pantun Identitas

Indah tampak mawar berduri

Tersusun rapi didepan aula

Indah rupa anak gadis Jambi

Sebab akhlak nan mulia.

Mawar, jika tidak pandai memegang tangkainya, bersiaplah tertusuk durinya. Gadis Jambi bisa diibaratkan seperti itu. Tipikalnya manja, indah dan cantik. Memang sekilas tampak pemalas padahal sebenarnya tidak. Dibalik keindahan itu tersimpan duri-duri tajam, jika tidak handal mendekatinya, bersiaplah anda berdarah-darah. Tapi jika sudah jatuh hati, ia benar-benar akan menjadi kendaraan yang akan membawamu ke surga. Karena akhlak dan adabnya yang mulia telah membuat cantiknya jadi maksimal.

Pantun identitas II

Elok nian gentala arasy

Hilir mudik orang menyeberang

Elok nian si gadis Jambi

tutur sapo masih digunokan.

Dimanapun berada, gadis Jambi tetaplah bertutur dan berbudi luhur. Elok bahasanya, santun sikapnya dan menjunjung tinggi tatakrama.  

Pantun Identitas III

Kalaulah hendak pergi bumandi

Janganlah lupo kain basahan

Kalaulah hendak jatuh hati

Janganlah lupo adat aturan.

Mandi pakai basahan?

Iya, mandi pakai basahan. Jangan kira basahan hanya dipakai ketika mandi di jamban. Di kamar mandi yang tertutup pun harus menggunakan bahasan. Begitulah gadis Jambi menjaga adat yang bersendi dengan syara’.

Gadis Jambi memang cantik, tapi perlu dicatat bahwa mereka berintegritas tinggi serta mematuhi adat dan budaya. Jangan asal pinang apalagi sekedar nembak buat dijadikan pacar. Karena ada hal ihwal yang harus dipahami dan dipelajari jika ingin mendapatkan hati gadis Jambi.

Pantun Kunci

Kalaulah bisa ikat tali, simpul dikunci

kalaulah bisa tengok sekali,

langsung jatuh hati.

Siapa saja yang telah membaca dan memahami adat istiadat yang bersendikan syara’, maka mantapkan hati, jatuhkan pilihan, dan segeralah datang mememinang. Tapi jika belum, pulang dan bertobatlah.

Salam Kalam Literasi
Mari berpantun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Daha
Proyek Historiografi DAHA

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Proyek Historiografi DAHA
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025