Tafsir Pantun Nofitriana Ardi
Oleh: Fajri Al Mughni
Saya akan mengantarkan sedikit tentang tulisan ini. Sekira beberapa hari lalu seorang gadis Jambi yang sedang belajar di Bandung mengirimkan pantun-pantun ke dapur redaksi kalam literasi. Namanya Nofitriana Ardi. Pantunnya banyak, banyak sekali. Insya Allah akan kita angkat menjadi buku pantun.
Dari sekian banyak itu, saya ambil hanya beberapa saja untuk kemudian ditafsirkan. Singkat kisahnya, setelah saya tulis kemudian konfirmasi ke Nofi, alhamdulilah tafsiran yang saya buat tidak jauh meleset dari substansi makna isi pantunnya. Demikian telah saya antarkan. Mari nikmati pantun sang gadis melayu.
Pantun Riang
Cerah nian nampaknyo pagi
Bersinar terang matahari
Riang nian nampaknyo hati
Senyum riang tak tersembunyi.
Tentu saja dia riang, karena tanpa sadar sudah berjalan dan menempuh rute pendidikan sejauh itu. Bukan hanya jauh melambai sampai ke Kota Kembang, tapi juga telah melintang-pokang loncat-loncat pindah sekolah. MTS Ponpes PKP Al-hidayah Jambi. Kemudian SMK N2 Sarolangun jurusan Agribisnis pembibitan dan cultur jaringan. Lanjut lagi D3 kebidanan STIKes Keluarga Bunda Jambi, terus nyambung lagi D4 Bidan Pendidik Padang, dan sekarang terbang lagi lanjut Magister Kebidanan di UNPAD Bandung. Tuh kan, benar-benar melintang-lintang. Prediksi saya kalau melihat riwayat pendidikannya, aroma bakal menjadi seorang penulis hebat telah telah mulai tercium.
Pantun Menyapo
Kalaulah boleh sayo berbagi
Berbagi pantun adat nan lamo
Kalaulah boleh sayo menyapo kanti
Sapo bapantun budayo lamo.
Saya pikir Nofi tidak hendak menantang, hanya memancing saja. Jangan mengaku melayu jika tak pernah coba berpantun. Salah tak mengapa, yang penting berpantunlah. Saya menerka, jika ada yang bertanya begini, “ayuk fi kalau nanti dilamar syaratnya harus pakai pantun ya”? mungkin jawabannya seperti ini, “iya mestilah”. “Gadis melayu lah pulak”.
Maka melalui pantun menyapo, Nofi mengajak kepada semua terutama yang mengaku melayu agar tidak melupakan budaya lama. Pada sebagian pemuda melayu, berpantun hanya untuk para tetua. Ditambah lagi, pantun dianggap tradisi kuno yang tidak perlu dilestarikan. Kesimpulan ini sederhana, tidak mau berpantun artinya tidak mau melestarikannya. Untuk itu, mari kita tawar menawar.
Pantun Harapan
Elok nian rumah itu
Bepagar keliling terali besi
Elok nian pemuda itu
Siang malam selalu mengaji
Saya yakin bahwa Nofi tidak sedang gusar, hanya berharap saja. Harapannya agar para pemuda rajin-rajin mengaji. Saya yakin kalau semua pemuda rajin mengaji, dijamin banyak pemudi galau memilih. Betapa tidak, disuguhkan pada pilihan mau makan sambal jengkol atau sambal petai? Pilih keduanya takut disengat. Pilih satu, sara-rasanya rugi.
Pantun Identitas
Indah tampak mawar berduri
Tersusun rapi didepan aula
Indah rupa anak gadis Jambi
Sebab akhlak nan mulia.
Mawar, jika tidak pandai memegang tangkainya, bersiaplah tertusuk durinya. Gadis Jambi bisa diibaratkan seperti itu. Tipikalnya manja, indah dan cantik. Memang sekilas tampak pemalas padahal sebenarnya tidak. Dibalik keindahan itu tersimpan duri-duri tajam, jika tidak handal mendekatinya, bersiaplah anda berdarah-darah. Tapi jika sudah jatuh hati, ia benar-benar akan menjadi kendaraan yang akan membawamu ke surga. Karena akhlak dan adabnya yang mulia telah membuat cantiknya jadi maksimal.
Pantun identitas II
Elok nian gentala arasy
Hilir mudik orang menyeberang
Elok nian si gadis Jambi
tutur sapo masih digunokan.
Dimanapun berada, gadis Jambi tetaplah bertutur dan berbudi luhur. Elok bahasanya, santun sikapnya dan menjunjung tinggi tatakrama.
Pantun Identitas III
Kalaulah hendak pergi bumandi
Janganlah lupo kain basahan
Kalaulah hendak jatuh hati
Janganlah lupo adat aturan.
Mandi pakai basahan?
Iya, mandi pakai basahan. Jangan kira basahan hanya dipakai ketika mandi di jamban. Di kamar mandi yang tertutup pun harus menggunakan bahasan. Begitulah gadis Jambi menjaga adat yang bersendi dengan syara’.
Gadis Jambi memang cantik, tapi perlu dicatat bahwa mereka berintegritas tinggi serta mematuhi adat dan budaya. Jangan asal pinang apalagi sekedar nembak buat dijadikan pacar. Karena ada hal ihwal yang harus dipahami dan dipelajari jika ingin mendapatkan hati gadis Jambi.
Pantun Kunci
Kalaulah bisa ikat tali, simpul dikunci
kalaulah bisa tengok sekali,
langsung jatuh hati.
Siapa saja yang telah membaca dan memahami adat istiadat yang bersendikan syara’, maka mantapkan hati, jatuhkan pilihan, dan segeralah datang mememinang. Tapi jika belum, pulang dan bertobatlah.
Salam Kalam Literasi
Mari berpantun