Proyek Historiografi DAHA: Upaya Menyelamatkan DAHA dari Kepunahan Historis
Oleh: Rifaldhoh
Keputusan Baleg
Malam sudah mau berakhir dan palu sidang baru saja diketuk. Rapat Badan Legislasi (Baleg) DPRD Provinsi Jambi untuk tahun anggaran 2025 rampung dibahas. Diantara butir Keputusan yang menarik perhatian adalah disahkannya anggaran senilai 1,5 Miliar rupiah untuk pengadaan asrama putri bagi mahasiswi Jambi yang tengah menempuh studi di Mesir.
Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cab. Jambi, Sarwan Abdul Ghani (yang juga Anggota DPRD Prov. Jambi) segera mengumumkan kabar baik ini lewat video yang ia buat sesaat setelah rapat legislator itu selesai pada (19/11/2024).
Bila tidak ada kendala, tahun ini uang 1.5 M itu bisa dicairkan dan wujud gedung asrama mahasiswi Jambi di Mesir hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa terealisasi. Tentu berkat upaya serius dari banyak pihak.
Namun, dalam pada itu, kabar positif ini juga telah memunculkan kembali keresahan lama; yaitu soal ketiadaan dokumentasi tertulis seputar sejarah gedung asrama yang telah lebih dulu ada. Tiga belas tahun lalu, di era pemerintahan Gubernur Hasan Basri Agus (HBA) telah diresmikan bangunan sekretariat sekaligus asrama mahasiswa Jambi di Mesir, hasil hibah Pemprov, namanya Darul Hasan.
Sayangnya, hingga sore ini, penulis belum menemukan dokumen tertulis (buku dsb) yang merekam secara lengkap proses panjang upaya pengadaan asrama yang kabarnya telah berlangsung sejak medio 90-an itu.
Saat kabar pengadaan gedung asrama putri bagi talib asal Jambi di Mesir telah dimasukkan ke dalam APBD tahun 2025, seketika urgensitas menilik kembali kisah panjang muasal ide pembuatan asrama, proses lobi yang dilalui hingga tahapan eksekusi yang akhirnya melahirkan Darul Hasan (DAHA) itu bertambah pentinglah untuk dikerjakan.
Karena pada yang demikian bakal ditemui pelajaran dan ibrah yang sungguh berharga, utamanya bagi generasi sekarang dan yang akan datang; betapa fasilitas berupa sekretariat, asrama putra hingga (insyaallah) asrama putri yang mereka pakai itu merupakan hasil kerja kolektif yang bukan main dinamisnya. Dan akhirnya terbitlah rasa menghargai dan syukur.
Maka, dalam tulisan ini, penulis mencoba memberikan rancangan penelitian historiografi Darul Hasan (DAHA). Rancangan ini berisi penjabaran urgensi penulisan sejarah DAHA, metode penelitian dan langkah praktikal yang bisa digunakan. Penulis yakin, dengan munculnya sejarah Darul Hasan, maka sejarah panjang entitas masyarakat asal Jambi yang menimba ilmu agama di Mesir juga akan terkuak pula.
Mengapa Sejarah DAHA harus ditulis?
Dalam bukunya, Simon Sinek menjabarkan pentingnya “Why” untuk tiap hal yang dilakukan. Maka, penjabaran kita kali ini mesti bermula dengan mencari alasan “mengapa sejarah DAHA harus dikerjakan?”
1. Dokumentasi Historis
Seorang individu atau kelompok yang tidak mengenal baik sejarahnya pasti akan gagap dalam menghadapi tantangan hari ini dan problematika masa depan. Sejarah sejak awal permunculannya telah menjadi penanda kemajuan suatu entitas. Dalam pada itu, sejarah juga tidak pernah membatasi diri pada hal-hal kolosal saja. Sebaliknya, sesuatu bisa menjadi ‘besar’ saat tercatat dalam literasi kesejarahan. Dengan asumsi demikian, upaya pencatatan seputar apa-apa yang pernah dilakukan untuk menginisiasi berdirinya asrama Darul Hasan (DAHA) tak bisa disangsikan lagi.
September 2023, penulis berjumpa dengan salah satu senior KMJ yang pernah menjabat sebagai Direktur DAHA pertama, Abangda Salmi Abadi, Lc. “Ini foto imaroh DAHA pas awal beli dulu, Do”. ujarnya sembari menunjukkan puluhan foto proses awal pengerjaan DAHA yang masih tersimpan di gawainya.
Maret tahun lalu, penulis bersua dengan senior yang lain, Abangda Bakri Husain, Lc, MA, beliau adalah Ketua KMJ sewaktu peresmian DAHA tahun 2012 silam. “Ini SK Pemberian Hibah dari Pemprov ke KMJ waktu itu, Dindo” ucapnya setelah menunjukkan tangkapan layar SK Hibah uang senilai Rp. 3.950.000.000 (Tiga milyar sembilan ratus lima puluh juta rupiah) tertanggal 29 November 2011 dari Pemprov kepada KMJ Mesir.
Di penghujung tahun 2022 penulis bertemu dengan Abangda Faris Bq, Lc. Dalam obrolan ringan kami, beliau berujar “Tim Pengadaan Rumah Jambi (TPRJ) itu sudah mulai sejak zaman Abang dulu, bahkan mungkin sebelum kami itu sudah ado, senior- senior semua bantu, cuma waktu itu belum tembus”. Setelah itu kami banyak membicarakan tentang ihwal kehidupan anggota KMJ saat era beliau masih di Mesir, akhir 90-an hingga 2000 awal.
Menyadari betapa penulisan sejarah DAHA sangat penting, penulis berusaha memulai upaya penggalian sumber ke beberapa pihak yang “dapat dijangkau”. Jumat malam tanggal 01 November 2024 penulis bersama Syahrul Munib bertamu ke kediaman Abangda Hamdani di distrik Hay Asyir, Kairo. Kedatangan kami berdua memang untuk menggali kisah pengupayaan pengadaan Rumah Jambi, beliau adalah diantara sedikit orang yang—bisa dianggap—‘paling tahu’ tentang pokok itu.
Alhasil, dua jam penuh beliau bertutur, berbagai macam hal, utamanya tentang situasi sosial dan ekonomi pelajar Jambi di Mesir sejak tahun 1990-an hingga hari ini. Kalau dalam istilah historis, beliau adalah sumber primer untuk sejarah lisan tentang subjek- subjek tersebut. Penuturan dua jam itu juga direkam secara lengkap, sebagai bahan kajian jika kelak dibutuhkan.
Dan ada banyak lagi nama-nama senior yang penulis temui dan ya, sama, informasi seputar upaya pengadaan Rumah Jambi di Mesir pasti jadi pokok utama pembicaraan. Sebagai mahasiswa jurusan Sejarah di Al-Azhar, apa yang disebut Prof. Kuntowijoyo sebagai “insting kesejarahan” itu selalu berpendar-pendar kuat saat mendengar dan melihat fragmen historis yang masih berserakan itu.
2. Refleksi Sejarah
Selain sebagai pencatat peristiwa (phenomenom writer), sejarah juga bertugas sebagai pengingat (reminder) yang jujur. Tak bisa ditampik, usaha pengadaan Rumah Jambi yang kini bernama DAHA itu telah melalui proses panjang yang tak mudah serta melibatkan banyak orang. Mulai dari senior-senior yang sudah kembali ke tanah air, anggota KMJ yang masih di Mesir dan pihak Pemerintah Provinsi yang dalam hal ini berada di bawah otoritas gubernur waktu itu, Bapak HBA.
Dengan adanya catatan sejarah DAHA, maka upaya penghargaan dan rasa terimakasih kepada tiap individu yang terlibat dalam proses panjang ini bisa eksis. Betapapun pada hakikatnya mereka tidak membutuhkan itu, namun yang demikian perlu dilakukan sebagai bentuk kesadaran akademis yang baik di kalangan kita kaum terpelajar.
3. Percontohan
Catatan sejarah DAHA ini akan menjadi literatur penting bukan hanya di kalangan anggota KMJ, namun secara umum akan menginspirasi organisasi persatuan kedaerahan serupa—baik di Mesir maupun di Indonesia—untuk melakukan pencatatan terhadap sejarah organisasinya.
Selain itu, catatan sejarah DAHA bisa digunakan oleh pemerintah dalam menentukan langkah taktis untuk kebijakan serupa. Tidak menutup kemungkinan, selain pengadaan asrama putri di Mesir, Pemprov Jambi kelak bisa mengarahkan anggarannya untuk pengadaan fasilitas lain bagi pelajar asal Provinsi Jambi dimanapun berada—baik di dalam maupun di luar negeri.
Yang bisa (harus) dilakukan
Setelah menemukan alasan kuat (Why) untuk memulai proyek penulisan sejarah DAHA, kemudian timbullah pertanyaan bagaimana (How) cara merealisasikannya. Dalam tulisan ini, hemat penulis, sekurangnya ada tiga tahapan yang dapat dilakukan. Ketiganya disusun secara berurutan, dalam kerangka proyek penulisan yang sistematis dan ilmiah.
1. Pembentukan Tim
Yang paling awal adalah pembentukan tim. Untuk menggarap proyek penulisan seperti ini, tentu diperlukan sumber daya yang memadai, baik dari sisi penulis dan bahan penelitian. Oleh karena research yang baik adalah yang komprehensif dan ilmiah, untuk itu, kerja-kerja kolektif merupakan keniscayaan.
Disinilah peran Dewan Pengurus (DP) KMJ,. Agar tidak sekedar menjadi Event Organizer (EO) maka program jangka panjang seperti ini sudah seharusnya dijadikan prioritas. Selain Dewan Pengurus (DP), Majelis Perwakilan Anggota (MPA) yang memegang wewenang pengawasan dan penasehat oganisasi juga bisa membuat keputusan mengikat untuk memayungi sekaligus menjamin keberlangsungan Tim Penulis Sejarah DAHA; supaya terus berlanjut, kendati Dewan Pengurus KMJ berganti.
Dan sebaik-baik lembaga di bawah KMJ yang membidani proyek ini adalah Buletin Gentala, badan otonom KMJ yang dibuat khusus untuk mengurusi ihwal dunia literasi di lingkungan KMJ Mesir.
2. Pemetaan dan Pembatasan
Setelah tim penulis terbentuk, hal kedua yang mesti dilakukan adalah melakukan pemetaan metodologis dan pembatasan pokok bahasan. Mengingat lintasan sejarah upaya pengadaan Rumah Jambi di Mesir yang cukup panjang, maka pembabakan waktu harus dilakukan. Kerja-kerja Tim Pengadaan Rumah Jambi (TPRJ) pra keputusan gubernur untuk hibah, TPRJ pasca keputusan pemberian hibah dan TPRJ saat mengerjakan proyek DAHA hingga tahap peresmian—pembabakan yang demikian bisa menjadi opsi.
3. Proses Heuristik
Adapun tim yang dibuat bisa dibagi menjadi dua sektor sesuai dengan lapangan heuristis masing-masing: divisi yang mencari sumber baik lisan dan tulisan dari pihak di Indonesia dan divisi yang mencari sumber lisan atau tulisan dari pihak-pihak yang ada di Mesir. Untuk divisi pertama, tugasnya mencari data tertulis berupa surat resmi di Badan Kepustakaan Provinsi mengenai segala hal yang berkaitan dengan proses hibah dana tiga setengah milyar itu. Wawancara dengan individu terkait juga dapat dikerjakan. Utamanya dengan Bpk. HBA (Gubernur Jambi 2012-2017) dan senior- senior KMJ yang ada di Indonesia.
Adapun divisi kedua, bertugas menghimpun data tertulis yang berkaitan dengan proses hibah dan kunjungan rombongan Pemprov saat peresmian (Desember 2012). Dokumen-dokumen ini bisa ditemukan di bagian kearsipan KBRI Kairo.
Untuk penulisan sejarah DAHA, sumber lisan menjadi sangat penting. Mengingat banyaknya tokoh sejarah yang masih bisa diakses hingga hari ini.
4. Penulisan
Proses penulisan merupakan episode utama dari proses panjang ini. Untuk menyuguhkan hasil kerja akademik yang proper, maka penulisan harus dikerjakan dengan teliti dan berdasarkan sumber-sumber yang telah dihimpun—baik sumber primer maupun sekunder.
Karena sejak awal proyek ini dikerjakan kolektif oleh tim, maka sistem penulisan yang digunakan adalah co-writing (penulisan kolaborator). Untuk efisiensi, pembagian fokus penulis-penulis sesuai pembabakan yang disebutkan di poin kedua bisa menjadi pilihan.
5. Pencetakan dan Distribusi
Setelah melalui proses tinjauan dari pihak yang dianggap kompeten, maka hasil dari penelitian akan masuk ke proses cetak. Ada banyak opsi rumah percetakan yang bisa dipilih, baik di Indonesia maupun di Mesir. Bahkan draft hasil tulisan bisa disodorkan ke Pemerintah Provinsi untuk dicetak, mengingat buku ini merupakan dokumentasi kebijakan Pemerintah Daerah terhadap masyarakatnya.
Adapun urusan distribusi, selain menjadi koleksi KMJ Mesir dan lembaga Kekeluargaan masyarakat Indonesia di Mesir, buku ini bisa jadi koleksi Perpustakaan Daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten, dan tentu saja harus disampaikan ke Bpk. Hasan Basri Agus (HBA) yang punya jasa besar merealisasikan proyek DAHA.
Penutup
Sarjana muslim terkenal, Imam Sakhawi menyebutkan banyak sekali faedah dari catatan sejarah, satu diantaranya adalah sebagai ciri entitas yang berkemajuan. Karena hanya orang- orang terpelajar dan maju secara akademiklah yang mempunyai rasa penghargaan yang tinggi. Maka, upaya penulisan sejarah DAHA untuk mengenang jasa orang terdahulu yang bersusah payah menghibahkan tenaga dan pikirannya untuk terwujudnya bangunan ber-cat hijau itu tak bisa disangsikan lagi.
Pikiran ini makin relevan, terutama bagi penulis yang juga sempat merasakan tinggal di asrama DAHA untuk sekian waktu secara gratis. Bagi sekalian Anggota KMJ yang bisa merasakan manfaat dari DAHA, upaya penulisan sejarah DAHA ini mesti didukung dan diketengahkan.
Harapannya, dalam waktu dekat, saraf sensorik akadamik Anggota KMJ yang hebat-hebat itu bisa tergerak untuk merealisasikan ide ini. Bukan untuk orang lain, untuk KMJ kita itu juga!.