Perubahan Pilihan Politik: Jangan Termakan Rayuan

Perubahan Pilihan Politik: Jangan Termakan Rayuan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Perubahan Pilihan Politik: Jangan Termakan Rayuan

Mereka saja membuat perubahan pilihan politik. Tidak teguh pendiriannya. Masak kita tak boleh berubah mau memilih siapa. Dulu mereka akrab, sekarang mereka berganti kawan collab. Maka, jangan gampang termakan bujuk rayunya. Orang melayu memang pandai merayu. Kata mereka, “budaya itu jangan sampai layu”. Cuma mesti tengok-tengok juga, jangan nanti setelah kau terbuai, ia abai.

Bakal calon Gubernur, Syarif Fasha entah kemana. Balehonya ada, besar pula. Tapi nampak-nampaknya belum keluar rayuannya. Kata pengamat warung kopi, “Tackle Fasha kurang keras”. Waw.. ngeri sekali pernyataan ini.

Fachori Umar mulai melambai. Bisa jadi lambaian selamat tinggal, bisa juga lambaian selamat datang, atau boleh jadi lambaian kemenangan, meski belum masuk babak final. Kabar-kabarnya, bakal wakilnya seorang Jenderal Polisi. Kalau tak salah namanya Syafril Nursal. Saya belum pernah dengar nama ini sebelumnya. Entahlah di masayarakat. Jangan-jangan saya saja yang kurang gaul. Kata orang, Jenderal Syafril dari Kerinci. Sama dengan AJB, yang bakal menjadi wakil Fasha. Atau jangan-jangan malah AJB nanti yang jadi gubernur. Bisa saja.

Sebelumnya masyarakat menganggap Fachrori terlalu lembek. “ah pak Fachrori tidak mungkin mampu bersaing dengan calon-calon lain yang berjiwa Spartan”. Mereka yang berkomentar seperti itu tidak sadar bahwa Fachrori ini melayu tulen. Ia mampu merayu, sehingga bunga tak jadi layu. Sekali saja beliau berpantun, angin berbalik arah. Sehingga kayuhan perahu makin berat. Begitu muncung perahu menghadap ke arahnya, duo pantun beriringan, sehingga angin berpihak kepadanya. Tak heran jika perahu melaju kencang.  

Flyer dan baleho Cek Endra dengan bu Ratu cerah sekali. Warna kuning dan merah menyatu. Tukang desainnya kelihatan handal. Bayarannya juga pasti mahal. Andai pun tak dibayar, masa depan tukang desainnya mungkin akan cerah. Jika menang. Tapi jika kalah, ia kembali bekerja seperti biasa. Cek Endra berhasil mencabut bu Ratu dari sarang PAN. Kata bu Ratu sih bukan dicabut, tapi dianya sendiri yang keluar. Kalau melihat iklan-iklan di media sosial, pasangan ini sudah selesai bongkar-pasang. Kata pengamat warung kopi lagi, Cek Endra tacklenya lembut. Dia berhasil merebut bola tanpa menyentuh kaki lawan. Tapi tetap saja lawannya kesal. Minimal kecewalah. Sekarang mereka mulai fokus meracik rayuan.

Tapi jangan salah, Uwo Haris juga melayu tulen. Pantang baginya tak berpantun. Katanya, “batang sapat ku buat papan, untuk dinding di pondok nan tinggi. Gedang niat di dalam badan, hendak membenah negeri ini”. Masya Allah.. bukan main. Terbuai awak dibuatnya. Abdullah Sani kemana nih? Ikutan milenial dong.. sesekali main tiktok juga.

Fajri Al Mughni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Daha
Proyek Historiografi DAHA

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Menapaki Mimpi di Mesir dan Turki
Pelepasan Calon Mahasiswa 2023
Bahas Kerjasama Studi Luar Negeri