Mengapa Al-Haris-Sani Bisa Menang?

Mengapa Al-Haris-Sani bisa menang padahal kalah ganteng sama Ce Endra, kalah cantik sama Ratu Munawaroh, kalah flamboyan, kalah maskulin….,?

Bahkan dalam pasangan Ce-Ratu tergabung dua unsur hebat, yaitu maskulin sekaligus feminim. Tidak hanya itu, Al Haris-Sani juga kalah dalam digital campaign. Mungkin, juga kalah wangi.

Memang, Al Haris mengaku calon gubernur milenial. Jujur saja, bagi saya butuh waktu beberapa bulan memahami di mana letak milenialnya Uwo Haris. Apalagi Pak Dul. Mohon maaf, malah Pak Dul cenderung “ortodok” dan “klasik”. Mungkin maksud Uwo Haris karena beliau masih muda, 47 tahun, jadi milenial. Terserah Uwo Harislah. “Gubernur mah bebas”.

Lalu mengapa Al Haris-Sani bisa menang dalam mengambil hati masyarakat Jambi? jangan-jangan mereka pakai ilmu hitam? Atau pakai pemanis? Atau mungkin pakai jimat biar tidak kalah seperti Tim Sepak Bola di Kampungku?

Sepertinya bukan karena itu, Pak Dul kan Kiyai, Uwo Haris juga anak angkatnya Buya Satar, dan sangat dekat dengan Kiyai Joni Musa. Jadi tak mungkin pakai yang begituan.

Tim pemenangan pasangan Ce-Ratu pasti juga heran dan bertanya-tanya, kok bisa gitu hasilnya? Rasa-rasanya semua strategi dan formasi telah dirancang, ditelaah, dan dipelajari dengan teliti.

Satu isu lagi yang tak kalah viral, yaitu kekuatan finansial pasangan Ce-Ratu mengalahkan dua pasangan lainnya. Harusnya dengan kekuatan finansial di atas pasangan yang lain, Ce-Ratu bisa maksimal dalam melakukan sosialisasi ke berbagai pelosok negeri Jambi. Memang tidak boleh kampanye karena situasi dunia sedang dilanda covid, tapi kan tetap saja bisa disiasati sosialisasinya. Untuk yang kedua kalinya saya jujur, heran kok bisa Ce-Ratu kalah.

Dengan semua kekuatan, tadinya saya pikir pasangan Ce-Ratu yang menang, rupanya tidak, malah Al Haris-Sani yang unggul, malah telak, 2-0.

Untuk jawaban mengapa Al Haris-Sani yang menang, tampaknya hanya tim pemenangan merekalah yang lebih paham. Tim pemenangan Ce-Ratu mungkin tau juga jawabannya, namun besar kemungkinan mereka malas untuk mengevaluasi. Buang-buang waktu saja.

Masyarakat dan pengamat politik bisa juga memberikan pandangan dan telaah mengapa Al Haris-Sani menang, tapi jawaban yang pasti adalah, “Allah telah mentakdirkan begitu”. Jika bicara tentang takdir, maka kita akan membicarakan tentang sebuah ketetapan yang diluar kemampuan manusia. Selain informasi tentang api tak mungkin menyejukkan, air mengalir dari bawah ke atas dan matahari terbit dari Barat, ada satu lagi informasi yang diluar kemampuan manusia, yaitu mengetahui tentang apa yang akan terjadi esok hari. Termasuk mengapa Al Haris-Sani bisa menang.

Sepertinya Ce-Ratu mesti mengucapkan selamat kepada Uwo Haris dan Pak Dul, karena bisa jadi ketetapan dan ketentuan itulah yang terbaik. Kan 2024 Pilgub lagi, nyalon lagi lah, siapa tau menang dan bisa dua periode atau bahkan tiga periode.

Dalam pemilu Pilgub tahun 2020 jumlah yang golput lumayan besar, sekira 32,1 persen atau 759.497 pemilih yang tak nyoblos. Meski begitu, tetap saja hal tersebut tidak boleh dikatakan sebagai sebab kekalahan Ce-Ratu. MUI sudah membantu dengan mengeluarkan fatwa haram golput, lalu mengapa masih ada yang golput? Apa mungkin karena masyarakat tidak takut lagi dengan neraka? Atau jangan-jangan masyarakat merajuk karena tidak ada konser dangdut dalam kampanye-kampanye?

Alasan yang masuk akal adalah gara-gara corona. Sehingga banyak yang takut ke luar rumah untuk datang ke TPS. Lah kan memang begitu arahan dari pemerintah. Jangankan ke TPS, ke masjid saja dilarang. Jadi, yang golput tidak terkena hukum haram.

Uwo Haris bersiap-siap tasyakuran, tapi kalau bisa jangan yang mewah-mewahlah, lakukan dengan khidmat dan sederhana saja, Uwo Haris sambutan, Pak Dul ngisi ceramah. Setelah itu dilanjutkan dengan makan-makan alakadarnya.

Selamat kepada masyarakat Jambi insya Allah sebentar lagi punya Gubernur baru.

Salam Kalam literasi

Fajri Al Mughni

Jambi, 29 Mei 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BacaanTerkini

Pen Besi di Kaki Ibu Siti, dan Besi Tumpul di Kepala Pejabat Negeri
Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen ...
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu ...
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Di tanah Merangin dan Sarolangun yang ...

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Proyek Historiografi DAHA
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Menapaki Mimpi di Mesir dan Turki