MELALUI TEKNOLOGI, KU-UMBAR PRIVASIKU

MELALUI TEKNOLOGI, KU-UMBAR PRIVASIKU

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

MELALUI TEKNOLOGI, KU-UMBAR PRIVASIKU

MELALUI TEKNOLOGI, KU-UMBAR PRIVASIKU

*Hayat Baidillah Zikri.

Pada tanggal 31 Agustus 1997 dunia dihebohkan dengan insiden kecelakaan maut yang menewaskan Lady Diana sang “Princess of Wales” yang menurut beberapa sumber kecelakaan itu terjadi akibat mobil yang ditumpangi mantan istri Pangeran Charles itu sedang melaju cepat guna menghindari kejaran para awak media yang senantiasa membuntutinya demi mendapatkan berita seputar kehidupan pribadinya.

Memang bagi sebagian orang mencari tahu kisah hidup seseorang apalagi tokoh-tokoh publik adalah suatu hiburan yang mengasyikkan, sehingga tak jarang kisah-kisah pesohor tersebut menjadi hal yang sering dimuat dan dinantikan khalayak ramai baik di media cetak maupun elektronik. Tak ayal kemudian banyak koran, majalah, tabloid, acara-acara disemua chanel televisi berlomba-lomba mencari berita tentang kehidupan pribadi seseorang yang kemudian siap dihidangkan dengan tambahan bumbu-bumbu penyedapnya, kemudian disuguhkan untuk acara makan massal publik.

Kalau dicermati, berita yang dimuat media itu lebih banyak menyampaikan sisi negatif si pesohor ketimbang positifnya, hal ini dikarenakan ada satu pedoman klise bagi sebagian orang “bad news is good news” berita buruk tentang seseorang itu adalah cerita yang bagus dan menarik untuk disampaikan dan dinikmati banyak orang daripada berita baik darinya.

Maka tak heran ranah-ranah privasi seseorang yang seharusnya menjadi rahasia pribadinya yang mungkin hanya ia tuliskan di dalam buku diary dan dikunci rapat, ini yang justru diburu para pencari berita untuk disorot dan disebar-luaskan sehingga menjadi konsumsi publik.

Nah seiring dengan kemajuan teknologi yang perkembangannya tak dapat dibendung, hal-hal yang dulu dianggap privasi dan jarang ter-ekpose justru sekarang menjadi hal yang mudah untuk dicari tanpa perlu repot-repot menyelidiki lebih dalam tentang kehidupan orang tersebut.

Banyak hal yang berubah dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat seiring dengan kemajuan teknologi hari ini.

Dahulu “diary ” adalah media favorit bagi remaja ketika ingin mencurahkan rasa senangnya, kegalauannya, kisah cintanya dan semua hal yang tak ingin ia “share” kepada orang lain meskipun kepada teman baik dan orangtuanya. Bahkan ketika ia telah menuliskan sesuatu di diarynya, diary itu pun ia kunci rapat dan diletakkan ditempat rahasia yang bahkan jin pun mungkin tidak mengetahui keberadaannya. Maka tak heran remaja yang rajin menulis diary atau hoby mengirim surat ke sahabat pena dahulu, umumnya mempunyai tulisan tangan yang rapi dan cantik atau setidaknya enak untuk dibaca dan dihayati sambil mendengarkan lagu lagu klasik dari kaset pita yang sudah hampir punah ditelan zaman dan kemajuan teknologi.

Namun dengan kecanggihan “gadget” hari ini, semua hal yang biasa dituliskan di tempat yang rahasia itu berubah menjadi hal yang bisa diakses oleh semua kalangan dan umur. Apalagi ditengah wabah covid 19 yang tak jelas kapan berakhirnya ini, anak-anak di bangku sekolah dasarpun sudah dibekali gadget masing-masing. Sungguh sesuatu yang lucu memang, kalau dahulu seorang siswa yang kedapatan mempunyai gadget tidak boleh mengikuti pembelajaran di sekolah tapi sekarang justru sebaliknya siswa yang tidak mempunyai gadget tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah.

Dahulu para psikolog dan tokoh pendidikan banyak yang memaparkan betapa bahayanya gadget bagi anak-anak dibangku usia sekolah “apatahlagi” di sekolah dasar, tapi sekarang justru gadget mènjadi hal yang “wajib” dipakai seluruh siswa dengan menyampingkan hal-hal negatif yang dahulu sering dipaparkan. Lalu kemudian melalui gadget inilah dan media sosial yang jamak ditemukan di dalamnya menjadi sarana menuliskan kekesalan, kritik dan ekspos kehidupan pribadi yang terkadang tak penting untuk disampaikan hingga menjadi konsumsi khalayak ramai.

Maka tak heran media sosial menjadi diary massal yang tak terkunci sama sekali dan bahkan bisa diakses oleh semua penghuni di jagad raya ini. Apalagi bukan hanya sekedar tulisan saja yang dapat dinikmati seseorang di media sosial dari kecanggihan teknologi yang kian pesat ini ,berbagai jenis dan latar foto maupun video dengan mudah “diupload” dan siap untuk “dijamah” oleh seluruh makhluk yang melihatnya.

Oleh karenanya hampir tidak ada lagi ranah-ranah privasi seseorang yang sulit ditemukan oleh orang lain. Mulai dari alamat rumahnya, pekerjaannya, keluarganya, hobynya, kegiatan hariannya bahkan hal hal pribadi yang “tabu” untuk dipaparkan sering menjadi konsumsi publik yang tak dapat dihindari.

Seseorang yang sedang cemburu dengan pasangannya akan menuliskan kegalauannya di media sosialnya, anak sekolah yang capek karena banyaknya tugas yang diberikan gurunya juga menulis di “wall” FB-nya, seorang ibu yang geram melihat tingkah anaknya juga mengupload video kegeramannya, sahabat yang sedang plesiran ke luar kota akan menampilkan foto-foto terbarunya, para pesohor-pesohor papan atas akan merangkum kegiatannya mulai dari tidur sampai tidur lagi atau mungkin yang tak tidur-tidur karena begitu padat “schedule” yang dihadapinya. Adapula yang menampilkan kata-kata motivasi, ceramah-ceramah agama, konten video, kritikan, kata-kata provokasi, film, jualan, gosip, promosi dan semua hal yang terlintas di benak masing-masing orang akan diupload dan siap untuk disantap bersama-sama.

Oleh karena itu semua sekat-sekat privasi yang dahulu sulit untuk ditemukan, tabu untuk dibicarakan, rumit untuk dijelaskan, tak mudah untuk disampaikan, hari ini semuanya berubah terbalik. Maka dari itu dibutuhkan kedewasaan cara berpikir dan keimanan yang benar dan baik sebelum kita meletakkan sesuatu yang akan kita tampilkan di media sosial kita, jangan sampai bak kata pepatah “menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”.

Apa yang kita tulis dan kita unggah seutuhnya akan menjadi tanggung jawab kita kepada manusia dan begitupula akan menjadi beban yang akan kita bawa kelak di pengadilan agung Sang Khaliqul Alam.

Menulislah dan tampilkanlah sesuatu hal yang layak dan bermanfaat bagi orang banyak, kalaupun tidak bermanfaat setidaknya tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Salam Kalam Literasi

Pekanbaru, 10 November, Hari Pahlawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Daha
Proyek Historiografi DAHA

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024