Maulid Nabi “Yes”, Kampanye “No”

Maulid Nabi “Yes”, Kampanye “No”

*Fajri Al Mughni

Dalam ceramah Prof. Quraish Shihab, Maulid itu minimal mengandung dua arti. Bisa berarti tempat dan bisa juga berarti waktu. Jadi, secara sederhana, jika kita melaksanakan maulid Nabi, artinya kita akan membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan Nabi Muhammad. Baik tempat dimana nabi dlahirkan, dibesarkan, tumbuh dan berkembang hingga beliau wafat. Di dalamnya otomatis waktu juga dibicarakan.

Kemudian, ada bahasa lain yang juga sering digunakan. Yaitu, mauluud. Orang Indonesia biasa menyingkatnya menjadi maulud. Bacaannya lebih pendek. Dalam Bahasa Arab, mauluud berarti anak atau seseorang yang dilahirkan. Kata orang Arab, “Ruziqtu bi mauluud”. Aku telah diberi rezeki oleh Allah seorang anak.

Maka, jika kita akan atau sedang membicarakan tentang sosok nabi Muhammad, artinya kita sedang melaksanakan maulud nabi.

Membicarakan tentang sosok nabi Muhammad mulai dari beliau dilahirkan sampai kepada kisah bagaimana beliau wafat, nama “Siirah”. Seakar dengan kata “Saara, yasiiru, sayran, wa siiratan”. Artinya perjalanan. Perjalanan nabi Muhammad Saw. Boleh saja memilih salah satu dari tiga istilah itu untuk digunakan sebagai nama acara. Bisa maulid, bisa maulud, bisa siirah. Asalkan mewakili ketiga maknanya. Untuk itu, Maulid Nabi “yes”.

Bisa gak kira-kira kalau acara maulid diselipi dengan kampanye? Sebenarnya bisa saja, tapi apa cukup waktunya? Karena membicarakan manusia paling istimewa seyogyanya tak cukup hanya dengan waktu sejam dua. Bicara tentang nabi, maka akan membahas tempat, waktu dan kisah perjalanan hidupnya. Belum lagi ditambahkan dengan syarat lumayan berat, yaitu harus mendalami, memahami, membayangkan setiap kisahnya. Kata orang Arab, “man wa’attaariikha fi shadrihi, adhaafa ‘umran ila ‘umrihi”. Siapa yang bisa membayangkan, mendapatkan, memahami sejarah nabi dalam hatinya, benaknya, maka ia telah menambahkan umur melebihi umurnya.

Itu baru kisah nabi yang sesuai dengan fakta-fakta sejarah. Lantas bagaimana pula jika kisahnya ditambah-tambahi dengan ragam israiliyatnya? Satu bulan pun tidak tuntas.

Untuk itu, diharapkan kepada para calon Gubernur dan calon-calon kepada daerah lainnya, tolong jangan menyela dan menyusupi peringatan maulid nabi. Tak baik. Maka, kampanye dalam acara maulid, “no”. 

Salam Kalam Literasi

Jum’at, 30 Oktober 2020

Allahumma Shalli Ala Saiyyidina Muhammad, wa ala aali Saiyyidina Muhammad.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BacaanTerkini

Pen Besi di Kaki Ibu Siti, dan Besi Tumpul di Kepala Pejabat Negeri
Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen ...
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu ...
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Di tanah Merangin dan Sarolangun yang ...

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Proyek Historiografi DAHA
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025