Guru Thoyib; 10 Tahun Berlalu

Guru Thoyib; 10 Tahun Berlalu

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Guru Thoyib; 10 Tahun Berlalu

Guru Thoyib; 10 Tahun Berlalu, Tunjuk Ajarmu Selalu Menjadi Penghulu

Tuan Guru Haji Muhammad Thoyib Abdullah atau biasa kami sapa Guru Thoyib. Sesuai dengan namanya, beliau memang thoyib dalam ilmu, lebih-lebih dalam Sejarah Islam. Ya, beliau adalah guru Sejarah Islam semasa di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren As’ad dulu. Salah seorang guru terbaik yang pernah kami jumpai di Pondok Pesantren As’ad Jambi.

Dalam tulisan kali ini saya pun tidak menceritakan tentang perjalanan hidup beliau. Insyallah jika ada kesempatan akan saya tulis sejarah hidup beliau dalam kumpulan Riwayat Hidup para guru saya dalam mendapatkan ilmu, ya semisal Kitab Tsabat atau Tarajim yang umum ditulis oleh para ulama.

Dalam tulisan singkat ini saya lebih menceritakan sedikit kenangan kami semasa belajar dengan beliau di Pondok Pesantren As’ad, tepatnya saat kami di Madrasah Tsanawiyah. Saya atau lebih tepatnya kami yang pernah belajar dengan beliau.

Beliau adalah guru Sejarah Islam, guru yang kami tunggu-tunggu jadwal mengajarnya. Guru yang selalu kami gemari cerita-cerita tatkala beliau mengisahkan kembali sejarah perjalanan nan indah dari Baginda Nabi Muhammad. Ya, beliau  adalah guru Sejarah Islam kami.

Dalam mengajar, beliau memiliki cara yang khas. Karena memang begitu setiap guru memiliki cara yang khas, sehingga terkadang sampai hafal betul intonasi suara para guru, gaya mereka saat mengajar. Dan tentunya Guru Thayib juga hafal cara beliau.

Sebenarnya cara beliau dalam mengajar cukup sederhana, namun berbekas bagi para santri. Menurut saya ini sangat perlu ditiru. Beliau membagi menjadi tiga, pertama beliau memulai dengan mendiktekan pelajaran, kami menyalin apa yang beliau sampaikan. Kedua, dan  ini adalah bagian yang kami tunggu-tunggu, beliau menceritakan kembali kepada kami kisah-kisah Nabi yang baru saja kami catat. Cerita amat jelas, cerita yang amat terang. Ditambah lagi memang suara beliau sangat lantang, sehingga kami seisi kelas yang berjumlah kurang lebih empat puluh santri bisa mendengarkan kisah-kisah yang beliau sampaikan. Bukan bermaksud untuk me-lebai-kan, saat beliau berkisah kami serasa seakan-akan menyaksikan sebuah film dokumenter tentang Sejarah Islam. Khusus perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.

Wai Jok enak nain guru tu kalu bacarito.

Macam nonton film.

Awak dak do nian ngantuk kalu balajar dengan Guru Toyib.

Kira-kira begitulah ungkapan umum dari kami, para santri beliau.

Saya rasa kita semua sepakat di bagian kedua ini adalah bagian yang digemari oleh para santri, namun jangan terlalu senang. Sebab Guru Thoyib punya sesi terakhir dalam mengajar, sesi penutup. Yaitu sesi yang membuat sebagian besar kami cemas. Sesi ini adalah sesi di mana beliau mengajukan pertanyaan. Tidak tanggung-tanggung, seisi kelas pasti kena tanya, semua santri pasti kena soal. Bukan hanya tentang pelajaran hari itu, tapi semua yang sudah dipelajari beliau tanyakan. Boleh dikatakan mungkin dalam otak beliau sudah ada tumpukan soal-soal yang tinggal menunggu untuk didistribusikan kepada para santri, ya seperti bank soal begitulah kira-kira.

Satu persatu santri ditanya. Ketika pertanyaan terjawab maka muncul pertanyaan baru dan begitulah seterusnya, sampai kadang-kadang sampai tiga kali putaran. Tidak ada hukuman bagi santri yang tidak bisa menjawab. Bahkan tidak pula beliau marah jika ada santri selalu tidak bisa menjawab, beliau hanya tersenyum. Sampai-sampai ada teman yang mengatakan: “Guru tu dak pernah marah”. Bahkan terhadap santri yang tidur, beliau hanya meminta santri yang duduk bersebelahan untuk membangunkan temannya yang tertidur di kelas.

Pernah suatu ketika saat saya di kelas tiga, saat itu adalah masa yang cukup berat bagi saya. Ini disebabkan saya terlambat datang saat pemilihan tempat duduk, sehingga terpaksalah saya duduk paling belakang dan paling pojok. Ditemani salah satu teman terbaik saya, Gatot. Santri yang lucu, santai dan parahnya pendiam. Sah, saya pun terkadang tertidur kelas. Dan saat itu Guru Thoyib sedang mengajar. Namun menurut teman-teman saya, beliau tidak memperkenankan siapa pun membangunkan saya dari tidur. Alasannya sederhana, karena saya selalu bisa menjawab pertanyaan beliau, dan kalau ada pertanyaan yang terjawab baru saya boleh saya dibangunkan.

Beliau sosok guru yang disenangi para santri, guru yang sampai akhir hayat beliau tidak pernah marah. Guru yang pandai berkisah sampai-sampai ada yang bilang Guru Thoyib mirip Zainuddin MZ dai sejuta umat.

Semoga Allah merahmati beliau dan senantiasa mengalirkan pahala-pahala ilmu yang beliau ajarkan kapada para santri Pondok Pesantren As’ad.

Salam Kalam Literasi

Ahmad Farid Wajdi

4 Juni 2020 / 12 Syawal 1441.

Hari ini, tepat sepuluh tahun yang lalu, Guru Toyib wafat.

0 Responses

  1. Beruntung tdk dilempar pakai kapur tulis.. allahu akbar.. alfatehah itu guru thoyib… semoga allah melapangkan kuburnya dan menempat kan almarhum disurga ALLAH…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Daha
Proyek Historiografi DAHA

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Menapaki Mimpi di Mesir dan Turki
Pelepasan Calon Mahasiswa 2023
Bahas Kerjasama Studi Luar Negeri