Cek Endra Pasang Alarm

Subling atau subuh keliling adalah program racikan Cek Endra yang paling ‘lembut’. Menyentuh jiwa yang terdalam. Saking tersentuhnya, pejabat-pejabat di sekitar Cek Endra juga ikut pasang alarm.

Mungkin diawal-awal penerapan program ini telah banyak jam weker jadi korban bully-an setan. Atau bisa jadi korban kekesalan anggota tim yang merasa terganggu istirahatnya. Jam weker dibanting, disiram, ditampar, dicaci-maki, atau bahkan diblender lalu dimasukkan ke closet. Sadis.

Pemuda hijrah mendapat angin segar. Gerakan mereka untuk memperjuangkan subuh didukung oleh Bupati dan pejabat. Sukur-sukur Pak Jokowi juga mensuport. Sambil tersenyum Pak Luhut mungkin ikut meng-amini.

Saya berharap CE menambah programnya. Iling atau Isya Keliling. Biar bertambah seru dan sekaligus menguji adrenalin para pejabatnya. Karena dalam konsep agama, shalat subuh dan isya merupakan dua shalat yang paling berat. “andai orang-orang tau dan nampak ganjaran pahala shalat isya, merangkakpun mereka sanggup berangkat ke masjid”.

Wah.. berat nih program.

Iya memang berat. Lebih berat lagi untuk konsisten. Kalau membuat programnya sih gak berat-berat amat. Tinggal disepakati saja.

Tapi saya yakin. Karena komitmen untuk menjadi pejabat saja sebenarnya berat. Tapi Cek Endra dan pejabatnya terbukti sanggup mengemban amanah. Bahkan sebelum menjadi pejabat mereka sanggup berkorban apa saja. Rela keluar uang, rela menghempaskan tulang delapan kerat, dan nyawapun dipertaruhkan. Itu semua untuk apa kalau bukan karena untuk mengabdi dan mensejahterakan rakyat. Apalagi hanya sebatas subling dan iling.

Program subling dan iling dapat dipastikan menjadi pemersatu umat. Wahabi mendukung penuh, aswaja akan memberikan empat jempol, imam dan pegawai syara makin semangat, anak-anak mengaji makin termotivasi dan ibu-ibu menjadi tenang hatinya. paling-paling preman kampung yang sinis, anak-anak yang suka nongkrong protes kecil-kecilan. Yang tadinya ‘ngelinting’ terang-terangan, menjadi malu-malu kucing. Lintingannya menjadi kurang sempurna. Tapi kalau warung judi togel nampak-nampaknya biasa saja. Katanya, “yang penting kami aman”.

Wartawan juga merasa tertantang. Pertama, mereka juga akan pasang alarm. Kedua, yang tadinya isya sudah pulang dan istirahat, harus ikut meliput dulu.

Tokoh-tokoh agama mulai berubah pikiran. “bagus nih program, gua banget”.

Jika sudah berjalan dengan baik, orang-orang tak perlu lagi pasang alarm. “ala bisa karena biasa”. Agama sukses, sosial terjalin dengan baik, silaturahim makin erat, CE semakin dikenal dan dikenang. Tapi nanti kalau sudah berhasil, tolong hati-hati dalam pengadaan jam weker. Jangan sampai BPK dan KPK jutek-jutekkan.

Salam Kalam Literasi

Fajri Al Mughni

Jambi, 14 Juni 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BacaanTerkini

Pen Besi di Kaki Ibu Siti, dan Besi Tumpul di Kepala Pejabat Negeri
Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen ...
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu ...
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Di tanah Merangin dan Sarolangun yang ...

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Proyek Historiografi DAHA
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Menapaki Mimpi di Mesir dan Turki