Bulan Depan Belum Muharram

Bulan Depan Belum Muharram

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Bulan Depan Belum Muharram

Mengapa Bulan Depan Mungkin Bukan Muharram: Refleksi dan Realita

Dulu, baik pada masa nabi Muhammad atau masa sahabat, orang-orang menamakan bulan berdasarkan kejadian pada waktu itu. Misalnya bulan Muharram, dinamai demikian karena pada bulan itu orang-orang dilarang atau diharamkan untuk berperang.

Sekarang adalah bulannya PPKM, Varian Delta dan kematian yang kompak serta beruntun. Bagaimana jika bulan Muharram diundur dulu dan ditambah dengan bulan PPKM atau bulan Delta “Syahru Dilta”? Jadi, satu tahun ada 13 bulan. Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Dilta atau Fifikaiim. Pilih saja mana yang cocok, Dilta atau Fifikaiim.

Usulan ini pasti akan memunculkan banyak kontra. Saya tidak kaget dan heran, karena Indonesia memang negeri tempatnya orang-orang bebas melakukan kegiatan apa saja dan pendapat yang kontroversi. Mungkin diantara banyak kontroversi yang muncul salah satunya adalah akan mengatakan usulan saya ini adalah bid’ah dholalah. Tidak ada pilihan lain bahwa tempat yang layak untuk saya adalah neraka.

Sejarah menyebutkan bahwa perang Khaibar terjadi pada akhir bulan Muharram. Artinya, bulan Muharram juga ada yang berperang. Sekarang, anjuran untuk tidak berperang pada bulan Muharram sepertinya tidak benar-benar dipatuhi oleh umat manusia, termasuk oleh oknum umat yang beragama Islam. Entahlah pada bulan Muharam yang sebentar lagi datang. Kita tengok, masih ada perang gak? Perang apa sajalah. Perang melawan dana bansos yang diselewengkan, perang melawan kebijakan perusahaan yang memotong gaji karyawan, perang melawan oknum Satpol PP yang main kasar seolah-olah mereka tak punya keluarga yang susah hidupnya, perang melawan penipuan melalui internet, penipuan berkedok hadiah dan jenis-jenis penipuan lainnya.

Agama tidak salah, nabi Muhammad sudah berjuang habis-habisan, para sahabat sudah berusaha mempertahankan ajaran yang dibawa nabi Muhammad, tabi’in pun begitu, terus berlanjut kepada para ulama. Meskipun tidak sedikit para ulama yang dituduh “mengada-ngada”.

Lalu apa kaitannya dengan bulan Muharram yang sebentar lagi datang?

Begini saja, usulan yang saya tawarkan di atas pasti akan dianggap bercanda, dan memang saya tidak serius mengusulkan itu. Saya rubah usulan itu dengan usulan yang lain, bulan depan tetap bulan Muharram, namun bagaimana caranya agar keampuhan pahala dan kebaikan yang dijanjikan oleh Tuhan benar-benar bisa didapatkan oleh manusia-manusia di muka bumi ini.

Beberapa orang tidak mempan dengan ajakan melalui mimbar-mimbar ceramah, dengan dalil-dalil dan fadhilah-fadhilah yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran dan Hadist. Jadi harus ada cara lain agar termotivasi melakukan perbaikan dan kebaikan di bulan Muharram. Dengan kata lain, “memanfaatkan momentum Muharram”.

Agar tidak terkesan hanya bisa memberi komentar-komentar yang berisikan iming-iming, Kalam Literasi berusaha menebar kebaikan secara konkret dalam menghadapi peperangan pada abad ini. Perang ekonomi, ayo bergabung dengan Kalam Literasi untuk terus menulis, membuat karya, merancang desain, mengkonsep narasi literasi dan orasi, yang muaranya adalah menghasilkan uang.

Kemudian perang sosial. Ayo bersama Kalam Literasi memerangi budaya bully, budaya pelit informasi atau informasi yang ditutup-tutupi, budaya ketidak-pedulian terhadap orang yang susah, dan kesenjangan-kesenjangan sosial lainnya.

Salam Kalam Literasi

Fajri Al Mughni
Jambi 8 Agustus 2021
(Hari di mana tagihan internet sudah masuk padahal jatuh tempo tanggal 20)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Proyek Historiografi DAHA
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024