Buku Guru Nadjmi dan UAS
Catatan Ringan Hermanto Harun, Ph.D
Kehadiran UAS (Ust Abd Somad) ke Jambi kali ini agak berbeda dari nuansa sebelumnya. Walau kepadatan acara safari dakwah beliau dalam memberi tausiyah dan ceramah kepada umat tetap tidak pernah sepi audiennya. Kehadiran UAS ke tanah Serantau melayu Jambi kali ini terasa nuansa akademis, mengingat disamping acara keummatan beliau yang padat, UAS di minta menjadi narasumber beda buku ‘Najmi’ Guru Sejati & Politikus hakiki’ yang di laksanakan di Swiss Bel Hotel Kota Jambi 21 Agust 2020.
Buku yang di tulis oleh Fajri Al-Mughni ini, tidak sebatas menyibak personalitas Najmi Qodir yang banyak dikenal di Tanah Melayu Jambi sebagai ulama dan pimpinan Pondok Pesantren, namun juga mengupas sosok yang telah malang melintang dalam perjalanan karirnya sebagai politisi. Tentu menarik, mengingat entitas kedua kutub ini, diera kekinian, jarang sekali bertemu dalam satu kepribadian, ulama sekaligus politisi. Karena, secara umum, jamak dipahami bahwa agama dan politik adalah dua kutub yang selalu kontras dan berhadap-hadapan.
Fajri al Mughni, yang berlatar belakang pendidikan keagamaan, menamatkan pendidikan di Pesantren As’ad yang juga lembaga yang dipimpin oleh Guru Najmi, serta alumni universitas AlAzhar Mesir, menjadi lebih serasi dan lengkap, mengingat kajian tentang seorang tokoh, apalagi tokoh ulama dengan lembaga Pesantrennya, akan lebih pas jika di tulis oleh seorang murid yang pernah hidup dalam satu lingkungan. Juga, latar kampus AlAzhar akan semakin mengayakan wacana dan referensi tentang kajian Islam politik, karena kajian seperti ini di Mesir menjadi sangat biasa, baik teori maupun dalam dunia praksinya.
Sebagai pembedah, UAS tidak hanya kaya akan referensi akademik, baik kapasitasnya sebagai seorang akademisi, bahkan menjadi profesor tamu di Universitas Islam di Brunei Darussalam, juga sebagai bagian dari pegiat dan pelaku politik Islam. Hal ini terbukti dengan sikap politik yang berdampak pada karier akademiknya di UIN Susqa Riau serta terganggunya jadwal ‘manggung’ tawsiyah beliau yang sempat mendapat resistensi dan bahkan dibatalkan di beberapa tempat.
Itu semua, tak bisa dinapikan sebagai efek domino dari materi kajian Islam dan politik yang nyaring di toa saat UAS berorasi di panggung ummat.
Buku Najmi ini juga akan menjadi referensi sejarah keummatan, khususnya bagi umat di provinsi Jambi. Sebatas yang saya tahu, bahwa catatan perjalanan tokoh, baik ulama maupun politisi Jambi sangat jarang terekam dalam arsip sejarah. ini bukan persoalan kekurangan stok personalnya, namun lebih kepada ketiadaan tulisan yang mengurai tentang figur-figur tersebut.
Sebagai contoh, para ulama seberang, yang telah banyak mencetak para dai di hampir sebagian besar wilayah jambi, jarang sekali saya temukan biografi nya dalam rak buku perpustakaan. Saya hanya banyak mendengar cerita para ulama-ulama itu dari para guru yang pernah mengajarkan kami seketika belajar agama di kampung dahulu. Bisa di bayangkan, jika. generasi penuturnya sudah tiada, maka syahsiyah para ulama itu akan hilang sesuai usia zamannya. setidaknya, buku Najmi akan mengisi kebutuhan sejarah yang disaat tertetu di masa depan akan menjadi rujukan penting yang vakiditasnya bisa diuji oleh zaman.
Ala kullihal.. selamat atas bedah buku Najmi, semoga kehausan ummat tentang sosok yang laik diteladani dalam kajian Islam politik, khususnya di tanah Jambi terpenuhi dengan wujudnya buku Najmi. Selain itu, semoga buku Najmi mengispirasi lahirnya sosok guru yang religi dan mengisi panggung politik yang penuh
intrik dan tak kenal kata pasti. Semoga!!
Salam Kalam Literasi
Tulisan ini sebagai ganti hutang tidak hadir pada acara Launching dan bedah buku bersama UAS, Ungkap Ustadz Hermanto Harun.