Belajar Berjuang
Drs. H. Hasan lahir di Empelu, Bungo, 1 Mei 1936 merupakan Anggota DPD RI periode 2004-2009 daerah pemilihan (dapil) Jambi. Sebelumnya Beliau merupakan Bupati Bungo Tebo periode 1975-1986.
Karir beliau terakhir di PNS golongan IV E dengan masa kerja lebih dari 40 tahun. Jenjang karir dari bawah ke atas telah dilewatinya.
Masa kecil beliau memang sudah sangat berkecukupan namun orang tuanya telah menanamkan prinsip bahwa hidup harus berjuang, mandiri dan kerja keras. Pada masa itu, ayahnya memiliki 150an orang pekerja yang membantu memanen karet, “nyadap getah”. Punya sado 11, kuda, mobil dan fasilitas lain di zamannya tidak membuat beliau besar kepala dengan segala fasilitas itu. 8 km setiap hari menempuh perjalanan menuju sekolah. SMP di Jakarta, SMA di Sumbar dan kuliah di Jogja.
Drs. H. Hasan merupakan adik kandung dari H. Hanafie yang nama almarhum diabadikan menjadi nama RSUD yang ada di Kabupaten Muaro Bungo. Seorang alumnus Thawalib Padang Panjang dan pendiri Hizbullah di Jambi. Drs. H. Hasan 7 bersaudara, 2 laki-laki dan 5 perempuan.
Dulu, beliau sempat menjadi tim persiapan pendirian UNJA, IAIN (Sekarang UIN STS Jambi) dan IKABAMA. Tidak hanya itu, Rimbo tengah yang sekarang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bungo saat ini, merupakan ide, gagasan dan hasil kerja beliau.
Banyak sekali obrolan kami tadi pagi, senang bisa banyak mengulik sejarah pada masa lampau. Tentang Rimbo Tengah, Lapangan Semagor bahkan sampai pada makam-makam sosok orang-orang yang berjasa. Dengan cermat saya pelajari arah pemikiran beliau yang sangat out of the box di zamannya. Betul-betul dedikasi kepada bangsa yang luar biasa.
Jabatan bagi beliau bukan dicari, tapi diminta oleh masyarakat karena kerja nyata bukan sekedar teori belaka. Terakhir beliau berpesan, pelihara dan jaga nikmat yang Allah kasih, kelak kalau sudah tiada insyallah kita bisa mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah, tuhan yang maha esa.
Semoga kelak lahir pemimpin-pemimpin Jambi yang bukan hanya bicara teori belaka, mencari keuntungan semata, lupa dengan janji untuk mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa, tidak lagi membela kepentingan rakyatnya, suka berpura-pura.
Tapi dia yang berjuang untuk bangsa dan agamanya lillahi ta’ala karena ia sadar setiap amanah akan dimintai pertanggung jawabannya.
Bukan tentang berapa rupiah yang telah kau dapatkan dari Negara, tapi apa yang kau berikan untuk Negara.
Muhammad Hafizh El-Yusufi
(Direktur Pendidikan YPPD Diniyyah Al-Azhar)
Salam Kalam Literasi




