BAPER membaca judul sinetron di Indosiar

Terbayang-bayang judul sinetron di Indosiar

Ampun Bang Jago!!

Ingin sekali aku berkenalan dengan tim kreatif yang membuat judul-judul sinetron di indosiar. Kreativitasnya tiada lawan. Dia paham betul selera para penonton. Dia juga bukan tak tau banyak netizen yang membully, mengkritik, terutama dari kalangan terdidik. Tapi, mungkin katanya, “peduli amat” dengan ocehan mereka. Toh produsernya juga mengamini kok. Pokoknya syuting terus.

Judul-judul yang dia buat sungguh meresap dalam pikiran. Hari-hariku sampai tak tenang dibuatnya. Bahkan tidur pun tidak nyenyak. Dahsyat.

Setelah dipikir-pikir, daripada pikiran tak nyaman, aku coba tulis saja telaah dan terawangan terhadap judul-judulnya. Meski sebenarnya belum semuanya. Aku ingatkan kepada kawan-kawan pembaca, tulisan ini hanya terawangan, hasil imajinasi liar ku, bukan karena telah mengkhatamkan sinetronnya. Jadi, jika nanti kurang tepat, mohonlah dimaklumi dan dimaafkan.

Pertama: Meski aku istri pertama, tapi aku selalu jadi yang kedua

Sebelum mulai memberikan telaah dan terawangan, ku baca berulang-ulang judul ini. Komentar pertama setelah membacanya, “aku kasihan dan turut berduka atas kesedihan si istri itu”.

Dapat ku rasakan betapa pilu dan pedih hatinya. Dapat pula disimpulkan bahwa suaminya memiliki dua istri. Siapa sebenarnya istri yang dinomor-satukan itu? Mengapa ia bisa jadi nomor satu? Apa mungkin karena istri pertama tidak pandai main tiktok? Atau sebaliknya, gara-gara terlalu mahir?

Sebenarnya tidak terlalu mengherankan. Telah banyak kasus yang ku dengar bahwa suami yang memiliki dua istri, selalu memberi perhatian lebih kepada istri kedua. Tak adil? Iya, memang tidak adil. Itulah makanya Tuhan menyarankan cukup satu istri saja.

Kedua: Anakku memang anakku

Allahu Robbi.. Apa-apaan ini? anakmu ya memang anakmu bang. Kenapa judulnya bukan, “anakku adalah anak kawanku, atau anakmu adalah anakku, atau anakku sebenarnya bukan anakmu”. Jujur, aku terpancing jadi mau ikutan nonton sinetron ini. Cuma malu, takut nanti pas sedang nonton, dipoto oleh istriku, lalu diposting di media sosial. Hancur aku di bully penduduk bumi.

Ketiga: Aku dibuang suami seperti tisu bekas

Adoi.. terbayang aku setelah makan pecal lele, ambil tisu gulungan WC, lap-lap keringat di kening dan mulut, lalu tisu itu ku buang. Asli, tak ada harganya sama sekali. Selain api, ku rasa tidak ada makhluk yang mau dekat dengan tisu bekas itu. Itu suami sungguh kejam. Lebih kejam dari tukang sentrum ikan yang membunuh banyak bibit ikan di sungai.

Keempat: Istriku Menelantarkan Keluarganya Demi Jadi Artis TikTok

Nyembur kopi dari mulut ketika membaca ini. Basah meja belajar dan keyboard laptop. Untung cepat ku bersihkan pakai tisu, lalu ku buang tisu bekas itu.

Apakah judul itu merupakan inspirasi liar dari penulis alur dan jalan ceritanya? Atau jangan-jangan diangkat dari kisah nyata? Jika benar dari kisah nyata, tiktok harus bertanggung-jawab atas semua itu. Keluarga yang ditelantarkan harus diperhatikan. Namun jika hanya inspirasi liar dari penulis ceritanya, ia harus diberi apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya.

Kelima: Bisakah aku bertahan tanpa harta suamiku

Bisa nian mba. Banyak sudah pendahulumu memberi contoh. Jadi, jangan khawatir soal itu. Belum nonton sinetronnya, aku sudah baper duluan baca judul ini. Istri abang itu harus diberi motivasi. Aku menyarankan coba baca tentang gender. Siapa tahu terbuka pikirannya.

8 maret 1957, kaum perempuan yang bekerja di pabrik tekstil, New York, melakukan demo besar-besaran menuntut tentang hak-hak mereka. Bahkan pada 8 maret 1917 buruh perempuan di Rusia turun ke jalan, yang kemudian memicu terjadinya revolusi Rusia. Bisa jadi, ini merupakan akibat dari banyaknya suami yang tidak berlaku adil kepada istri-istrinya. Aku kasih usulan kepada indosiar agar judul sinetron berikutnya berjudul, “Para istri turun ke jalan mendemo suami-suaminya”.

Keenam: Suamiku pengemis online

Kalau begini kejadiannya, istri tak boleh mengandalkan harta suaminya. Ia harus berpikir kreatif seperti tim kreatif indosiar.

Tapi setelah disimak ulang, kata “pengemis online” dalam judul itu terkesan rasis. Andai saja kata “suami” diganti dengan “istri”, bisa-bisa banyak para istri yang tersinggung. Aku mesti meluruskan ini. Mungkin maksud dari tim kreatif indosiar adalah suami-suami yang sering meng-hack akun media sosial milik orang lain, kemudian mencoba mengirimkan pesan ke semua kontak meminta atau meminjam uang dengan segala modusnya. Mungkin maksudnya itu.

Ketujuh: Istriku lupa kami bangkrut

Tuh kan, jadi istri harus memaklumi kalau istri jadi pengemis online. Haha Ampun nian.. mati anak mudo.

Kedelapan: Suamiku tukang pamer harta yang bukan miliknya

Apa ku bilang, gara-gara banyak tuntutan dan gengsi kehidupan, harta orang dipamer-pamerin. Ketahuan sama yang punya baru tau rasa dia. Coba sesekali suaminya dibawa ke psikolog. Barangkali bisa membantu.

Kesembilan: Suamiku kegedean gengsi

Wajar saja hidupnya tak tenang. Harta orang diakui harta sendiri. Demi jaga gengsi, pamer dah.

Kesepuluh: Anakku menjadi anak mantan istri suamiku

Kopi mana kopi? Sakit gigi ku baca judul sinetron yang ini. Tekelis lidah dibuatnya, air ludah tak jadi ditelan. Ingin mengumpat, menyumpah, tapi takut dosa. Sampai 16 kali ku baca judul ini, berpikir, menggerakkan jari-jari, mengambil pulpen kemudian membuat tabel, demi memahami sebenarnya anak itu anaknya siapa. Astaghfirullah.. ini lebih sulit dari terori relativitas Einstein.

Kesebelas: Suamiku bukan suami bersama

Apalagi ini bang? Apakah mungkin mereka adalah pendukung poliandri? Tolong jangan begitulah, mentang-mentang poligami dibolehkan, poliandri digaungkan. Kalau itu kejadian, malah bikin rusuh lagi nantinya. Tim kreatif indosiar juga yang senang. Bakalan terbit judul sinetron baru, “anakku juga anakmu, anaknya, dan anak mereka”. Rusak.. rusak.

Kedua-belas: Calon istriku istri kakakku

Oh Tuhan.. Allahu Robbi.. macam tak punya perempuan lain saja kau bang. Ini bukan hanya kisah pilu dan tragis, tapi juga musibah diatas musibah. Kena azab nanti kau bang. Haha.. Aku sudah macam ibu-ibu saja. Merepet-repet, merutuk-rutuk. Apalagi kalau sempat menonton sinetronnya, bisa cancel semua jadwal mancing.

Ketiga-belas: Kutangisi pernikahan mantanku

Tak peduli, perempuan kah kau, lekaki kah kau, tolong jangan cengeng begitu.. malu sama para jomblo. Mereka bahkan tak punya mantan, biasa saja tuh. Simpan air matamu, masih banyak masalah yang lain yang perlu kau tangisi.

Keempat-belas: Aku menikahi mantan suami kakakku

Nah, curiga aku. Jangan-jangan kau penyebab si mantan tadi menangis. Haha.. jangrik boss.

Kelima-belas: Anakku Anak suamiku, tapi bukan anakku

Done!! Pening kepala membaca judul-judul sinetron indosiar. Trus, itu anak siapa mbaaa?? Pecah juga nanti meja laptop ini ku hajar.

Salam. Kalam literasi

*Fajri Al Mughni

Cukup lima belas judul saja. Aku tak sanggup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BacaanTerkini

Pen Besi di Kaki Ibu Siti, dan Besi Tumpul di Kepala Pejabat Negeri
Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen ...
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu ...
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Di tanah Merangin dan Sarolangun yang ...

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen Besi yang Masih Menancap di Kaki
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Manusia & Agama di Tahun Politik