Ashabul Qahwy: Selamat Pagi Bung Sugarno dan Kopi

Ashabul Qahwy; Ucapan Selamat Pagi Ala Bung Sugarno Larsen Ibenof

Ashabul Kahfi

Saya bertanya kepada Bung Sugarno, apa maksudnya dengan kalimat itu? Namun ia menjawab santai, “terserah kaulah, Jri.” Intinya, suka-suka saya.
Bung Sugarno memang kadang menjadi pemalas, terutama saat sarapan paginya kurang asin. Kopinya pun kurang kental, dan gulanya kebanyakan. Oleh karena itu, saya mencoba menafsirkannya sendiri.

Tampaknya, dia berharap anak-anak muda Indonesia segera masuk gua. Pertama hentikan semua tingkah konyol yang tidak jelas itu. Yang hobinya nge-prank, ngebully, merepotkan orang tua, atau ngerem mendadak tanpa alasan. Yang suka ngerumpi dari pagi sampai petang, dan ngelantur sepanjang hari. Kalau bisa, tolong hentikan. Namun demikian, kalaupun ada, ya sebaiknya jangan semua pemuda pemudi ikut-ikutan.

Bung Sugarno melanjutkan, “Ashabul Qahwy”.

Itu artinya orang-orang yang sangat mencintai kopi. Meskipun ada yang tidak sampai menuhankan kopi, tetapi katanya, “tak bisa hidup tanpa kopi.” Pada dasarnya, saya pikir ini sama saja.
Mereka ashabul qahwy ini terkadang saling ejek. “kopimu tidak berkualitas, hasil dari biji kopi yang dipaksa matang sebelum waktunya”. Sebaliknya ada yang mengatakan “itu kopi hasil dari kerja paksa para luwak yang dikasih minum vitamin selera makan, sehingga, buah kopi yang masih hijau pun dilahapnya”.

Selain itu ada lagi yang menjawab begini; “hmm.. kopimu juga standar, dasar sugestimu saja yang bilang bahwa kopi itu berkualitas”.
Pasal kopi saja diperdebatkan. Padahal mereka sama-sama hamba kopi.

Akhirnya dari debatmu kelihatan sekali kelasmu. Kelas teri. Meskipun teri medan, tetap saja kelas teri.

Selamat pagi kelas gurami. Meskipun penjualannya tidak keras-keras amat. Namun demikian patut dicobalah, karena gurami masih diminati. Memang agak mahal, tetapi tergantung olahannya daripada nge-prank, ngebully dan nge-nge lainya.

Oleh sebab itu selamat pagi, selamat datang ke kopi. Selamat datang kekopian diri.

Fajri Al Mughni

Jambi, 2 Juni 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BacaanTerkini

Pen Besi di Kaki Ibu Siti, dan Besi Tumpul di Kepala Pejabat Negeri
Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen ...
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu ...
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Di tanah Merangin dan Sarolangun yang ...

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Manusia & Agama di Tahun Politik
Pilpres dan Mahasiswa