Surat untuk Timnas Indonesia

Surat untuk Timnas Indonesia

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Surat untuk Timnas Indonesia

Surat untuk Timnas Indonesia; Kami tidak apa-apa kok!

Kepada Yth,

Bapak Shin Tae-yong dan Adik Evan Dimas dan kawan-kawan

Di

Tempat

Salam hormat, rasa bangga dan untaian do’a dari kami suporter anda semua, semoga Tuhan selalu memberi Kesehatan dan kekuatan kepada anda semua TIMNAS Indonesia. Amin

Berhubung dengan kekalahan TIMNAS Indonesia dalam laga final piala AFF 2020 melawan Thailand, jujur, kami tidak apa-apa. Kami bangsa Indonesia menyatakan dengan ini, bahwa kami tetap BANGGA padamu semua.

Kecewa, tentu iya. Tapi bukan kecewa karena anda kalah. Kami hanya kecewa karena Thailand menang. Itu saja.

Bagi orang kampung yang baru melek semua informasi yang baru, seperti saya, juara dua tetaplah hebat.

Kami paham kok kesusahan kalian semua. Kalua boleh saya rinci dan menerka, kira-kira begini;

Pertama, Dik Evan Cs sudah susah payah latihan, meninggalkan keluarga, mungkin LDR dengan pacar, atau mungkin khawatir gebetan di kampung disalip kawan, atau mungkin terpikir sawah orang tua dikampung tidak ada yang bantu menghalau burung dan lain-lain.

Kedua, Dik Arhan Pratama cs pasti susah memahami arahan Pak Shin tae-yong yang belum bisa Bahasa Indonesia. Meskipun sebenarnya sudah ada penerjemah, tetap saja susah. Karena bisa jadi ada arahan yang Pak Shin sampaikan yang terlewat diterjemah.

Ketiga, kabarnya Dik Asnawi mangkualam cs tidak boleh makan nasi goreng, tekwan model, ketoprak, bakso, dan makanan-makanan sejenisnya. Padahal kan kamu semua pasti kepengen makan itu. Gara-gara piala AFF, terpaksa nahan selera. Yang susah dalam hidup ini kan nahan selera.

thumbnail?id=1WeWgmgYAL9iUGBDqwEzxmUToJ6yvLjty&sz=w1024 h1024

Keempat, khusus kepada Dik Elkan Baggot, kan belum faseh nian bicara pakai Bahasa Indonesia. Sementara dik Rizki Ridho, dik Fachrudin, dan pemain bertahan lainnya lebih sering pakai Bahasa Indonesia untuk berkoordinasi dalam menjaga pertahanan TIMNAS. Terpaksalah dik Elkan mengangguk saja.

Kelima, khusus kepada dik Nadeo selaku penjaga gawang. Pasti susah mengantisipasi tendangan para penyerang lawan. Terbang sana, terbang sini. Jungkir balik, tesungkur, tetumbur, dan tertekan. Kami paham dan maklum kok.

Dan masih banyak lagi kesusahan-kesusahan lainnya.

Kemudian, mungkin ada sebagian supporter yang membully, mengejek, mencaci, atau bahkan menyumpahi. Gak apa-apa, biarkan saja.

Cinta memang begitu kok. Macam-macam model cara pengapklikasiannya. Ada yang mencitai dengan cara perhatian, marah-marah, cemburuan, menegur dan kadang ada juga yang seperti mengejek atau membulyy. Yakinlah, pasti itu bentuk dari cinta dan kasih sayang.

Justru kalau tidak ada yang begitu, saya malah curiga. Ngakunya cinta tapi kok didiemin. Ngakunya sayang kok dicuekin.

Tanda cinta kan tidak Cuma dipuji cantik atau tampan. Tapi juga dinasihatin. Anggap saja bullyan atau ejekan itu sebagai nasihat.

Kepada Pak Shin, kami ucapkan terima kasih banyak. Semoga betah tinggal di Indonesia. Kalau ada anak didiknya yang sedikit manja, maklumi saja. Karena memang kebanyakan dari mereka baru tamat SMA.

Meski kalah, kami tetap bangga. Teruslah berlatih, bermain dan berlari mengejar mimpi. Semoga kelak menjadi dewasa dan juara. Karena salah satu patokan orang disebut dewasa (baligh) adalah apabila sudah pernah bermimpi (basah).

Salam Kalam Literasi

Fajri Al Mughni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai