Literasi Lalu Lintas

Literasi Lalu Lintas

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Literasi Lalu Lintas

*Nofitriana Ardi

Ba’da shubuh siap-siap lalu OTW kampung halaman bawa si hitam mungil yang ringan buat dikendarai. Motor matic kesayangan, dijual sayang, ganti baru terlalu banyak kenangan saksi dari setiap langkah perjuangan dari zero menuju angka 1 hingga sekian.

Kota Jambi pagi hari, udara masih segar apalagi sedang PPKM tentunya jalanan jadi lengah polusi sedikit berkurang. Gas motor ditarik terasa makin ringan jalanan berasa lurus tanpa tikungan. Literasi pertama yang berkesan di pandang mata yakni tulisan pada pos penjagaan pintu masuk dan keluar kota Jambi “PPKM LEVEL 4 KOTA JAMBI”. Mobil truk berderet panjang di jalur keluar dari kota Jambi,  ku kira pemeriksaan kartu vaksin & KTP kan judulnya lagi PPKM LEVEL 4 jadi dua kartu sakti itu saat ini jangan lupa bawa kemana-mana biar nggak banyak persoalan. Oh ternyata kecelakaan di depan lorong puri masurai. Salib kanan, salib kiri kasih lampu sen kanan lalu masuk lorong puri masurai ambil barang di rumah sepupu lalu OTW pulkam.

Jambi-Bukit peranginan kurang lebih 3-4 jam, ku hantam 2 jam setengah udah tiba di kampung halaman nyampe diteras rumah kata makwo “Bagak bawa motor sendirian”. Ku jawab hanya dengan senyuman lalu ke kamar rebahan.

Back to literasi lalu lintas, bacaan dibagian bawah mobil truk “OMBAK” otakku langsung connect pada pantai dengan deburan ombak yang Indah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langsung buru-buru cut khayalan karena lagi bawa motor nanti dihantam ombak jalanan bisa kacau urusan. Jadi apalah makna ombak yang tepat menurut anda sesuai dengan maksud tujuan yang punya truk.

Pasti dia punya alasan kenapa tulisannya OMBAK. Naluriku berkata makna kata ombak itu berkaitan dengan kehidupan. Ombak kehidupan, hidup memang kadang seperti ombak yang terhempas pada bebatuan atau pinggiran pantai lalu kembali ketengah lautan disitulah seni keindahan dari deburan ombak. Sama saja dengan kehidupan penuh dengan hempasan ombak berupa kesedihan, kesusahan, kesenangan terus silih berganti namun di antara tangis tawa dan peliknya persoalan kehidupan disanalah indahnya hikmah yang dinikmati melalui rasa syukur, sabar dan kembali mendekatkan diri pada Tuhan.

Lanjut terus fokus gassss motor bulian terlewati, tembesi masih sepi. Literasi ke tiga masih soal tulisan di bak mobil truk bacaannya “Balapan yok” ada emot senyuman semangat. Cukup lama aku dibelakang mobil truk yang ngajak balapan, memang betul-betul ajakan balapannya nyata mau disalib si sopir kencang juga lajunya nyalib tiap mobil di depannya ya udah ikuti aja nyalib dibelakangnya sampai akhirnya aku menang balapan, truk bertulisan “BALAPAN YOK” tinggal jauh dibelakang bahkan sudah tak terlihat, ku intip dari spion sebelah kanan motor.

Kalau balapan bawa kendaraan aku masih berani tapi kalau balapan nikah, nah aku milih selow tapi pasti aja. Hahaha karena  ngegas kerumah mertua nggak seringan ngegas motor ditengah padatnya lalu lintas. Pahamlah ya…

Literasi ke empat ini yang paling menarik sampai ogah nyalib hingga akhirnya aku harus belok masuk lorong rumah dan klakson satu kali tanda terimakasih disuguhkan literasi menarik sehingga lalu lintas pun terasa library. Dari belakang mobil truk berwarna hijau botol platnya BG ×××× PD. Pengen videoin atau fotoin tulisannya tapi apa daya tak berani pegang hp di atas motor nanti jatuh Cinta sama aspal rasanya nyeri bahkan berdarah. Pak sopir melaju nggak terlalu kencang, ku ikuti dengan perlahan sampai baca berulang bak belakang bermuatan tulisan “HIDUP ITU BUKAN PILIHAN TAPI HIDUP ITU KENYATAAN, JIKA HIDUP ITU PILIHAN, MAKA AKU TIDAK AKAN MEMILIH JADI SOPIR !!”.

Sampai nempel itu quote di otakku, dalam hati ada benarnya juga pak. Bagus ini literasi mematahkan kata-kata lumrah bahwa “Hidup itu pilihan”… Sesekali memang perlu melawan arus dari hal-hal biasa tapi nggak terseret jauh dari koridor kebenaran. Mungkin anda setuju atau tidak sama literasi yang punya truk, kalau aku udah tertarik ama itu quote yang pasti tulisan itu kasih inspirasi lumayan buat hiburan diri.

Hidup suguhan kenyataan karena kadang meski sudah menentukan pilihan namun faktanya kenyataan memang sulit di patahkan. Agak sulit ku narasikan tapi ya begitulah. Kadang pada beberapa perkara pilih A kenyataannya B, jadi emang bukan pilhan tapi kenyataan… Terserah deh kalau ada yang mau narasikan lain lagi, silakan karena setiap orang bebas untuk menafsirkan. Sampai jumpa di literasi lalu lintas berikutnya…

Dari jambi ke bukit peranginan

Belok kiri dari tembesi

Dari kami yang penuh kekurangan

Salam hangat kalam literasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Proyek Historiografi DAHA
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024