Coretan Dinding Al Kinanah: Menggapai Mimpi dan Cita-Cita di Ponpes Al Kinanah
Ini bukan mural, sebagai demonstrasi protes ketidakadilan, atau unjuk rasa terlemah bagi kaum yang tertindas. Namun coretan tentang mimpi untuk masa depan, bayang cita cita yang sedang dijalankan prosesnya. Mungkin saja disebut khayal, namun pepatah bijak menyebutkan, bahwa kenyataan ini bertolak darii mimpi masa lalu.
Seketika berkeliling ‘sidak’ ke setiap kelas, melihat kondisi belajar malam para santri di Ponpes Al Kinanah, saya membaca tenpelan tulisan yang dilekatkan ke dinding kelas. Satu persatu nama dan tempat lahir serta nama sebuah negara yang ditulis besar di setiap petakan tulisan itu.
Ini jelas bukan nama negara tempat asal para santri tersebut.Tapi sebuah cita cita yang menjadi impian untuk mereruskan studi saat mereka sudah mengkhatamkan nyantri di Pondok Pesantren Modern al-Kinanah. Sebuah mimpi atau khayal yang berlebihan bukan? Insyallah tidak, karena sebuah penelitian menyebutkan, bahwa anak-anak yang sukses itu, secara umum telah menegaskan mimpi dan cita-citanya semenjak usia belia.
Meskipun, menurut para ahli, mimpi itu adalah ilustrasi yang terjadi disaat tidur, sedang khayal adalah angan yang dilakukan diwaktu terjaga. Dan, dalam asumsi zaman bngen, mimpi itu kemungkinan beranjak dan berpindah dari khayalan yang berlebihan saat terjaga, sehingga terbawa ke dalam bayangan di saat tidur. Maka, bisa jadi, mimpi itu khayalan.
Mimpi, dalam bahasa keseharian, seringkali difahami bermakna sama dengan khayal. Namun, dalam teoritiknya, mimpi dan khayal adalah dua kondisi yaang berbeda. Kemudian, makna cita-cita juga memiliki kedekatan persepsi dengan mimpi, bahkan juga termasuk khayalan.
Ketika mantan presiden Amerika Jhon F Kennedy menggelorakan ucapan We Choose to go the Moon, mungkin ketika itu, banyak orang beranggapan bahwa ucapan itu sebagai mimpi. Bagaimana mungkin manusia bisa singgah di Bulan? begitu kira-kira ucapan sinis atas pikiran tentang ketidakmungkinan itu.
Namun, susanan kata Kennedy di stadion yang didengar pulahan ribu mahasswa dari Rice University itu, ternyata menjadi kenyataan. Dan kemudian, Ucapan Kennedy itu menjadi quotes dalam sejarah perabadan ilmu pengetahuan hari ini, karena ternyata manusia dapat mendarat di Bulan.
Seperti halnya Kennedy, Toni Pernandes, siempunya pesawat Air Asia yang bedarah India dan berkebangsaan Malaysia, membuat slogan di dinding pesawatnya, Now Every One Can Fly. Dengan tarif ongkos pesawatnya yang murah, Air Asia kemudian memiliki bandara tersendiri yang pernah mengangkut jutaan penumpang dari banyak negara. Air Asia merapatkan jarak, mendekatkan waktu perjalanan bagi para musafir dari berbagai sudut kota di dunia. Akhirnya, semua orang bisa terbang dengan biaya yang murah., Bahkan, tak lagi terasa bahwa pesawat hanyalah kendaraan transportasi mewah yang hanya teruntuk bagi kaum elit berdasi semata.
Coretan dalam kertas para santri tadi, insyallah bukan khayal, yang jauh dari realitas. Bukan hanya bunga tidur yang meneruskan kahayalan indah di saat terjaga. Namun, coretan itu adalah mimpi yang diterjemahkan dari cita-cita. Karena, mereka sedang melaksanakan proses menuju ke sana. Menghafal al-Quran, mempelajari dan mendalami bahasa asing, serta tetap bermunajat dengan pasrah, melantunkan cita ke dalam varian bait-bait doa.
Coretan yang tertulis di atas kertas itu, akhirnya, tetaplah sebagai bagian dari usaha, berserah diri kepada ketentuan taqdir di alam azali, yang sudah termaktub sesuai taqdir ilahi.
Kenyataan hari ini, adalah mimpi masa lampau, dan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok.. Bravo tuk semua santri kami di kampus al- Kinanah tercinta..waqul imalu fasayarallahu amalakum.. Wallahualam..
Salam Kalam literasi