Mabuk Kepayang: Fakta dan Mitos
Saya bukan hanya pernah, tapi sampai sekarang. Kesaksian ini dibuktikan dengan fakta bawah saya sudah dua kali ke Kepahiang-Bengkulu. Apa hajat di Kepahiang? Mungkin ada yang bilang saya hanya sekedar jalan-jalan. Sedikit banyak, ada benarnya. Tapi hanya bonus. Tujuan utamanya bukan itu. Ini misi rahasia.
Bengkulu salah satu tempat ternyaman berkembang biaknya buah kepahiang. Sebagian masyarakat menyebutnya buah Keluak, Kluwek, Pucung atau Picung, yang kalau dimakan tanpa diolah akan membuat orang mabuk dan teler. Sulit untuk disembuhkan.
Untuk itu, jika sedang dalam “mabuk kepayang” oleh cinta, sangat tidak dianjurkan makan buah kepahiang. Anda bisa mati kepayang.
Cuaca di Kepahiang lumayan dingin, tapi masyarakatnya hangat. Saya pernah disuguhkan kopi kepahiang panas. Setelah diminum, agak mayau, tapi aman. Lontong sayurnya gak pakai nangka sayur, tapi pakai kacang buncis. Rasa kuahnya khas. Lontongnya habis, buncisnya selesai, kuahnya diirup sampai kering. Agak mayau, tapi aman. Jangan-jangan mabuk kepayang.
Ratna Dewi Sang pujangga, filosof, aktifis sungai, aktifis alam dan pengamat politik berkata, “kalau ke Kepahiang, nginapnya jangan di reddoorz, ada homestay warga di puncak bukit kapahiang, harga permalam hanya 300 ribu per rumah. Istimewanya, penduduk di sana yakin bahwa menghirup udara bukit kapahiyang 1 hari, menambah panjang umur 3 hari”.
Malam pertama di Kepahiang, kami nginap di penginapan. Setelah subuh kami cepat-cepat bergerak mengarah ke puncak bukit, tujuan utamanya bukan hendak selfie, tapi menghirup udara bukti kepahiang. Tiga hari di kepahiang, kami tidak hanya mabuk, tapi juga mayau karena tikungan patah menuju puncak bukit.
Salam Kalam literasi
Fajri Al Mughni
Kepahiang-Bengkulu. 6 Juli 2021