Rembulan di atas Kepala Fatimah – Kisah Romansa dan Kehidupan Penuh Makna
Kisah Romansa Fatimah
Fatimah, lembaran kisahmu penuh romansa. Kerikil tajam dalam kehidupanmu seolah menjadi teman sepanjang perjalanan kehidupan yang kau punya. Hidup seolah terhina dan tercela. Hinaan dari mulut manusia, celaan dari lisan yang merasa dirinya serba punya, seolah-olah hidupnya sempurna dan kau tak punya apa-apa.
Sudut pandang manusia memang berbeda-beda duhai Fatimah, janganlah kau gusar apalagi putus asa. Sesegukan tangismu terdengar pilu, namun sejatinya senyuman dan tawamu adalah bahagia yang tak dapat dibeli dengan emas dan permata. Ku lihat kau elok nan rupawan, cantikmu natural, bibirmu pink kemerahan seperti warna jambu air yang ku petik kemarin sore saat hujan rintik-rintik membasahi ku perlahan. Kulitmu putih susu, pembawaanmu anggun dan sangat santun.
Ah apalah kurangnya kau Fatimah? Pendidikan kau punya, orang tuamu lengkap penuh kasih sayang dan harmonis dalam berkeluarga, kau putri semata wayang yang jadi kemanjaan ayah bundamu. Banyak hati yang iri akan damainya hidupmu, tenangnya jiwamu dan segala karunia Tuhan yang ada pada dirimu.
Hidup ini memang ujian. Kau mungkin merasa berat dengan yang dihadapi. Ini hanya soal hati, soal waktu dan orang yang tepat saja Fatimah “Begitu celoteh seorang sahabat yang sangat mengenal Fatimah” sehingga pujian yang dilayangkan bukan pemanis lisan namun fakta dan kenyataan yang ada.
Pelan-pelan suara Fatimah terdengar…
“Aku tak tinggi semampai, tak pula hartawan dan terpandang” perasaan malu dan menarik diri tak dapat ku elakkan. Kecil rasa di hati tak pula dapat ku hindarkan kadang seolah-olah aku tak bersyukur akan nikmat Tuhan.”…
Kau tak seharusnya bicara demikian Fatimah. Kau tak boleh menarik diri alias insecure, pendidikanmu baru usai sangat wajar jika kau belum punya apa-apa. Langkahmu juga baru dimulai, kau harus bersyukur sebab sampai diusiamu saat ini kau masih punya orang tua yang lengkap, hidup yang nyaman, diusia segini kau sudah punya jenjang pendidikan yang memadai di saat yang lain tak dapat sepertimu. Contohnya aku, ayahku meninggal kala aku kecil, hidup ku keras berjuang dan pernah memiliki trauma kekerasan seksual di masa kecil. Untung saja aku selamat dan tak ternodai. Aku kuliah karena rezeki beasiswa, jika tidak begitu, mungkin aku tak dapat mencicipi pendidikan tinggi. Kau seribu kali beruntung Fatimah.
Jangan kau bebani hati dan pikiranmu dengan apa yang kau belum punya, jangan kau susahkan dirimu dengan komentar, celaan dan penolakan orang lain pada dirimu. Kau harus bersyukur Fatimah. Sungguh kau tak layak begitu…
Suara lembut namun tegas dari Nadia seolah jadi penghenti tangisan Fatimah, tarikan nafasnya panjang dan hembusan seolah menghempaskan gundah. “iya harusnya aku bersyukur tak selayaknya aku mengeluh”. Jawab Fatimah dengan lesu dan datar.
Fatimah…
Yang tak mengenalmu lebih jauh, yang tak tau kualitasmu, yang tak faham karaktermu dan tak mengerti perjalanan hidupmu hanya akan menilaimu melalui pandangan mata. Sekilas mungkin seperti tidak ada apa-apanya. Mereka yang memuji, menyayangi dan berada di sekitarmu begitu sangat baik padamu sebab tau kebaikanmu. Namun mereka yang mencela sebab mereka tidak tau nilai dirimu. Begitulah hidup Fatimah, tak mungkin semua orang menyenangi, tak mungkin pula melarang lisan-lisan itu utnuk tidak berkomentar sementara mereka doyannya demikian.
Kisahmu sungguh menarik, hingga tergerak untukku tulis. Gadis elok nan santun, lebih banyak yang menerimamu daripada menolak. Keberuntunganmu sungguh bikin iri hati. Namun pilu yang kau rasa hanya sebab urusan hati perasaan yang memang sulit untuk ku ungkapkan bagaimana bisa, perempuan sekelasmu dipandang cela dan hina. Kurasa mereka tak mengenalmu lebih jauh, kurasa mereka hanya menilaimu sekilas sebatas membanding-bandingkan. Padahal jika mereka tau mereka pasti malu. Sebab kau tak seburuk alam pikiran mereka, tak sejelek pandangan mata mereka, barangkali mata batinnya tertutup sehingga mata zahirnya pun gelap.
Ya begitulah adanya Fatimah, di lain tempat kau disanjung dipuji dan sangat disegani namun ternyata di tempat yang lain kau dicela dan dipandang rendah. Tak apalah Fatimah, itu tidak ada apa-apanya di mata Tuhan. Aku mengenalmu begitu baik, pelupuk matamu yang indah suka tergenang di sepertiga malam, suara nyaring indah lantunan ayat suci yang kau bacakan sungguh membuatku senang setiap kali mendengarmu mengaji. Hobimu berlama-lama di atas sajadah bersama tasbih dan Al-Qur’an. Sulitlah ku ucapkan bagaimana baiknya kau dalam pengetahuan dan pandanganku.
Kau tulus sekali jadi perempuan, penyayang bocah-bocah kecil. Sesekali kau perlu lawan rasa di hati agar kau tak mudah untuk patah hati. Romansa masa mudamu mengukir senyuman di wajah orang-orang yang menyimak kisah dan lika liku yang kau punya. Keluasan hatimu luar biasa. Ah kau apalah kurangnya Fatimah…
Ada banyak yang ingin menjadi dirimu, ada banyak yang ingin memiliki apa yang kau punya. Kau karunia Tuhan yang memercikkan kesejukan, melihat tangismu hatiku tersayat, mendengar komentar buruk orang tentangmu aku seolah ingin duduk tanpa jarak dengan orang-orang tersebut lalu ku ceritakan tentang siapa kau.
Sudahlah Fatimah, bulan akan berlalu, masa akan berganti, cerita akan berubah. Tangis hari ini akan jadi tawa di kemudian hari.
Saat ku ingat tangismu setahun lalu, perjodohan demi perjodohan menghampirimu. Silih berganti yang menawarkan diri padamu. Namun kau tak bergeming sama sekali hanya fokus pada yang ingin kau raih.
Nasihat dan Doa untuk Fatimah
Fatimah, adakah yang kau sukai dalam diammu?
“Ada, namun itu dulu”
Sekarang? Dari sekian banyak yang dijodohkan adakah yang berkenan di hatimu?
“belum ada, Nayla”
Oo mungkin sehabis pendidikan kau temui yang bisa meluluhkan hati.
Nayla… Menurutmu yang seperti apa pantas untukku? “Tanya Fatimah penuh hati-hati”
“yang menyayangimu tanpa manipulasi, yang baik tabiatnya dan mampu mendampingimu sepenuh hati”
Di mana adanya Nayla? Tanya Fatimah penasaran.
Haha pertanyaanmu Fatimah.. Berdoa saja, pasti ada. Jangan kau tanya di mana dan kapan itu rahasia Ilahi Robbi. Sudah buruan tuntasin tugas akhirmu lalu pulang ke kota asalmu. Ku do’akan semoga kau selalu dalam lindungan Rabb yang maha tinggi dan sukses mencapai semua cita-citamu yang tinggi. Ingat pesanku “bahwa ketika hal yang berat kau rasa dalam perjalanan kehidupanmu, maka bersabarlah sebab Allah ingin uji indahnya sabarmu, tingginya syukurmu dan indahnya munajatmu” aku yakin kau akan jadi perempuan sukses di masa akan datang. Ujianmu membadai, kerikil hidupmu tajam tapi setiap kali kulihat teduhnya wajahmu, tulusnya hatimu dan anggunnya pribadimu aku yakin sekali bahwa Allah ingin hadiahkan lautan bahagia dalam hidupmu Fatimah.
Nayla, terimakasih do’a dan nasihatmu. Saat yang lain melemahkanku, kau ada menguatkanku. Do’akan aku selalu Nayla.
Insya Allah kita saling menguatkan dalam do’a. Mengenalmu selama pendidikan adalah keindahan. Kau sudah seperti adik perempuanku sendiri. Sampai kapan pun kita tetap silaturahmi dan insya Allah until jannah ya sholihah.
Insya Allah. (mata Fatimah berkaca-kaca)
“Nadia mengingat dengan baik bagaimana ia mengenal Fatimah, dan Nadia juga ingat bagaimana Nayla menasihati Fatimah…”
Fatimah si gadis jelita berjalan menuju kamarnya, lalu keluar dan menuju kamar mandi dan berwudhu. Kembali ke kamar menggelar sajadah berdiri shalat lalu duduk mengaji. Ah sungguh ini perempuan sangat tau di mana tempat untuk mengadu. Tidak update status, tidak menangis di bawah selimut tapi di atas sajadah, semua ditumpahkan.
Sebab perjalanan cinta benar-benar jadi ujian kehidupan, saat hati menemukan pelabuhan namun badai datang tak dapat di elakkan. Hati sama tertaut namun ujian lain membenturmu. Celaan pun dilontarkan, keperihan tak dapat ditepiskan. Kalau kata ustadz-ustadz, ini hanya romansa masa muda saja nanti kalau sudah nemu yang tepat akan lupa dengan semua tangis hari ini, jadi santai saja.
Bersedih wajarlah namun jangan menyurutkan semangat meluluh lantakkan kehidupan yang harusnya lebih baik. Kalau kamu dinilai tak baik itu artinya perlu memperbaiki, kalau dinilai tak pantas itu artinya sedang diminta menaikkan kualitas diri, kalau dihina dicela wah ini harus bersyukur sebab dapat gift istimewa dalam kacamata Tuhan. Harus mampu bersabar dan terus bersyukur.
Fatimah dan Makna Kesabaran
Kuatlah Fatimah, Tuhan sedang cemburu padamu. Kau diuji dengan apa yang paling diinginkan oleh hatimu. Kau diuji dengan apa yang dapat memalingkan kau dari Rabb yang maha pengasih. Kado indahmu dikemas dengan duri dan sembilu, bukalah perlahan-lahan penuh kesabaran dan tak lepas dari menyebut nama Rabb-mu agar setelah pedih perih dan pilu yang dirasa segera berganti dengan senyuman dan tawa lepasmu yang memecah keheningan. Habiskan jatah gagal, jatah perihnya hati agar nanti yang tersisa hanya jatah bahagiamu saja.
Yakinlah Fatimah bahwa hidup ini hanyalah tempat ujian, hanya tempat kita menyiapkan bekal, hanya sebatas fatamorgana, tak abadi tak kekal tak lama.
Yang dimiliki di atas dunia akan ditinggalkan yang dibawa hanya amalan diri yang telah diperbuat. Yang dimiliki di atas dunia ini hanya titipan kapan pun masanya yang menitipkan bisa saja menariknya jika Ia berkehendak. Pangkat jabatan, status sosial, fisik dan semua yang ada tak abadi.
Kuatlah, kisahmu belum usai. Aku masih ingin merangkum cerita cita dan cintamu pada tulisan-tulisanku berikutnya. Agar kau tau bahwa tanpa kisah yang kau alami tak mungkin kau jadi tulisanku hari ini. Ini saja sudah bagian dari hikmah, hal kecil namun penuh makna bagi jiwa-jiwa yang paham bagaimana menelisik hikmah dan menyimpulkan makna.
Hari ini susah, insya Allah besok senang,
Hari ini senang, insya Allah besok limpahan karunia,
Hari ini miskin, insya Allah di masa akan datang berjaya,
Hari ini kaya, insya Allah jadi penolong di yaumil akhir.
Sampai jumpa di kisah Fatimah berikutnya…
To be continue…
Salam Kalam Literasi
Nofitriana Ardi
Senin, 17 Mei 2021 (06.39 WIB)