Husni Mahmud menjadi ketua Ikatan Santri Asrama Ponpes As’ad, padahal pendatang baru dan tidak terkenal

Husni Mahmud menjadi ketua Ikatan Santri Asrama Ponpes As’ad, padahal pendatang baru dan tidak terkenal

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Husni Mahmud menjadi ketua Ikatan Santri Asrama Ponpes As’ad, padahal pendatang baru dan tidak terkenal

Husni Mahmud menjadi ketua Ikatan Santri Asrama Ponpes As’ad, padahal pendatang baru dan tidak terkenal

Saya tak ingat secara pasti siapa saja yang menjabat sebagai pengurus inti ISAPPA angkatan 2005, yang masih sangat saya ingat adalah ketuanya, Husni Mahmud. “Kabir Husni”.

Husni Mahmud merupakan seseorang yang memiliki pribadi ramah, santun, kalem, bersuara berat dan tidak konflikan. Sekilas Husni memang pantas menjadi ketua ISAPPA. Tulisan tangannya rapi, kaligrafinya hanya 2 tingkat dibawah Fuadi, sama-sama murid kesayangan Guru Ilmu, dan Husni kalau tidur tidak ngorok.

Karena alasan-alasan ini Husni cepat dikenal oleh jajaran guru dan Pembina asrama, selain itu Husni juga pernah mencicipi bangku MTs As’ad, walaupun tak sampai tamat. Namun, kembalinya Husni ke Aliyah sempat menjadi tranding topik di kalangan Pembina Asrama. Akan tetapi meredup karena pamor pemain lama masih tajam, dan pendatang baru lainnya cepat menyesuaikan diri.

Hebatnya, makin hari pergerakan Husni makin militant, gerilya bawah tanah. Tidak butuh lama, tahun kedua nama Husni Mahmud kembali mencuat. Telisik punya telisik, strategi utamanya ternyata pada pendekatan terhadap senior. Bahkan Husni tak begitu dikenal pada kalangan bawah.

Banyak santri waktu itu tidak menyadari bahwa Husni memainkan strategi lobi politik kelas atas, menyusup langsung kejantung kekuatan, kukunya menyasar ke sekretariat ISAPPA. Seluruh pengurus inti ISAPPA periode sebelumnya tidak menyadari pergerakan Husni, padahal waktu itu pemilihan pengurus inti ISAPPA baru tak lama lagi. Jujur, sampai saat ini saya tidak tahu siapa tim ahlinya.

Bahkan santri-santri lainnya yang nantinya menjadi pengurus inti belum terpikir sama sekali akan menjadi pengurus. Husni 10 langkah lebih dulu. Cerdas sekaligus beringas!

Tibalah waktunya masa periode ISAPPA berganti. Setelah para guru dan pengurus berembuk, keluarlah pengumuman yang tidak resmi tentang kriteria pengurus inti ISAPPA. Diantaranya:

  1. Pengurus adalah santri yang berintegritas tinggi
  2. Fasih berbahasa asing
  3. Wara’, tawadhu, rendah hati, rajin ibadah berjamaah dan memiliki perhatian terhadap anggota
  4. Tidak pernah bermasalah baik dengan guru ataupun santri lainnya
  5. Berpakain rapi dan
  6. Senyumnya menarik.

Lima dari enam keriteria tersebut dimiliki oleh Husni. Sementara pada poin nomor empat, saya sempat berpikir Husni bakal terganjal. Calon lainnya seperti Muhammad Ali, Fauzan, Najmi, Fuadi, Aswin, sebenarnya adalah calon yang memenuhi keenam keriteria diatas.

Di sinilah bagian menariknya, seingat saya Husni pernah bermasalah dengan guru Haromin, tak tanggung-tanggung waktu itu Husni masuk dalam nama-nama santri kepala suku yang hobi mencari masalah. Meskipun masalah Husni tak fatal-fatal amat. Tapi janggalnya, lobi tingkat dewa yang dilakukannya sukses telak. Husni mengungguli pesaing-pesaingnya yang notabene adalah pemain lama.

Setelah pemilu selesai, Husni meraih poin tertinggi. Tapi tidak ada tuntutan, tak ada laporan politik uang, tak ditemukan kecurangan surat suara, tidak pula memimbulkan rumpian yang berarti, kecuali berita-berita tentang karisma ketua ISAPPA yang baru.

Karir Husni berjalan dengan mulus, rakyat mencintainya, para guru memuji kerjanya, dan santriwati mengelu-elukan namanya.

Kurang lebih sekira 17 tahun berlalu, hingga saat ini tidak ada yang tau siapa sebenarnya tim sukses Husni Mahmud, siapa tim perancang strateginya, dan paranormal mana yang didatanginya.

Kini, Husni Mahmud tentu bukan ketua ISAPPA lagi, tapi saya masih menganggapnya sebagai ketua ISAPPA. Gerak geriknya sampai sekarang masih ketua bangett.

Salam. Kalam literasi

Tulisan ini disarikan dari buku “Silturahmi kaum santri ala alumni as’ad” (2017)

*Fajri Al Mughni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Daha
Proyek Historiografi DAHA

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Proyek Historiografi DAHA
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024