Pernah Menggantikan Guru Siroj
*Baharuddin, HM
Pagi hari mendadak saya dipanggil Pimpinan Pengasuh Asrama Pondok Pesantren As’ad dikala itu dijabat oleh Tuan Guru KH. Ahmad Sirojuddin H. Muhammad.
“Din, kamu dipanggil Guru Siroj disuruh ke rumah beliau”. Kata seorang pengurus ISAPPA (Ikatan Santri Pondok Pesantren As’ad) sebagai organisasi intra Santri Pondok Pesantren As’ad
“Wai yola, bentar lagi sayo ke rumah guru”. Jawab saya
Setelah itu langsung saya bergegas ke tempat Wudhu yang tidak jauh dari rumah tinggal Guru Siroj, mencuci muka dan pergi menghadap Tuan Guru di rumahnya.
“Assalamu alaikum guru”.
“Wa‘alaikum salam, kau din? Masuk lah”. Jawab Guru Siroj
“Sayo guru”
“Kau gantikan guru ngisi ceramah maulid ke Kaos (salah satu desa yang ada di kabupaten Batang Hari), guru dak telap nak ke sano”. Kata Tuan Guru
“Wah guru, apo yang nak sayo sampaikan? dak berani sayo guru”
Sebenarnya bukan saya tak berani, hanya saja merasa belum pantas menggantikan beliau untuk berceramah. Sungguh, saya belum pantas.
“Lah, kau siap-siaplah, orang lah jemput. Sampaikan bae salam guru, sebut guru dak bisa datang”
“Yolah kalo macam tu guru. Sayo permisi nak besiap dulu”. Kemudian sayapun permisi dan minta do’a kepada guru. Sambil berjalan ke asrama saya berpikir apo yang mau disampaikan nanti. Sekali lagi, saya merasa belum layak untuk menggantikan Guru Siroj.
Singkat cerita, sesampainya di desa tersebut. Acara pun segera dimulai. Jantungpun dak-dik-duk berdetak kencang. Sampailah kepada acara inti, ceramah agama. Pembawa acara pun membacakan acara.
“Acara selanjutnya adalah acara inti yakni, ceramah Agama Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang akan disampaikan almukarram ust. Baharudin. Waktu dan tempat kami persilahkan”. Sambut pembawa acara.
Kaki mulai bergetar kencang, sayapun mencoba berdiri dan berjalan ke mimbar. Tanpa panjang lebar sayapun memulai ceramah. Belum selesai saya menyampaikan ceramah terlihat sosok seorang laki-laki berbaju putih, berpeci putih dan bersorban putih. Jama’ahpun berdiri dan berteriak “Shollu a’lannabi”
Ternyata sosok tersebut adalah Tuan Guru KH. Ahmad Sirojuddin H. Muhammad. Rupanya beliau jadi datang. Rasanya, acara belum lama dimulai. Jarak tempuh dari Seberang Kota Jambi ke Desa Kaos Batanghari lumayan jauh, bisa dua jam perjalanan. Dalam hati, “cepat nian perjalanan Guru Siroj. Mungkin ini termasuk karomah”. Setelah melihat kehadiran beliau, sayapun tersenyum dan riang gembira dan segera mengakhiri ceramah. Alhamdulilah Guru Siroj jadi hadir.
“Demikian yang sayo sampaikan, kurang lebih sayo mohon maaf. Untuk lebih lengkapnya akan disampaikan oleh Guru saya Tuan Guru KH. Sirojuddin H. Muhammad. Wassalamu ‘alaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh”. Saya mengakhiri ceramah
Acara pun semakin meriah, diakhiri dengan Tausyiah dan do’a dari Tuan Guru KH. Ahmad Sirojuddin H. Muhammad
Salam. Kalam literasi
Kami semua rindu Guru Siroj