Mengikuti Panduan Penulisan Karya Ilmiah? Sumpah, Tidak Nikmat Sama Sekali
*Fajri Al Mughni
Saya telah lama dan banyak merasakan “pemaksaan” dalam hidup, terutama dalam menulis. Dipaksa mengikuti aturan penulisan agar sesuai dengan segala polanya, alasannya agar ilmiah. Akibatnya, banyak orang yang ketika hendak menulis, cemasnya minta ampun, takut disalahkan, tidak sesuai metode, dan ketakutan-ketakutan lainnya. aturan itu menjelma jadi hantu belau. Lalu apa enaknya menulis dalam keadaan tersiksa?
Saya pernah terjebak dalam paksaan itu. Saya beli buku metode penulisan, baca, pahami, resapi, kemudian mulai belajar dipraktikkan. Hasilnya, hambar, tawar, miskin kreativitas, dan duafa ide. Pokoknya mencekam. Nikmatnya dimana? Yaa… mungkin ada yang menikmati, silahkan saja. Tapi saya mundur teratur. Dianggap tak ilmiah? Tidak masalah.
Menulis itu ibarat sedang jalan-jalan ke sebuah taman, menikmati keindahan alam, menghirup segarnya udara, memanjakan mata, melemaskan otot, menentramkan jiwa, menghilangkan stress, dan pada akhirnya bermuara pada kebahagiaan. Menulis itu, tamasya. Maka, tak usah gaduh dan resah ketika bajumu belum disetrika, celanamu kedodoran, baik karena kancingnya sudah lama lepas atau memang ukurannya yang besar, atau sepatumu warnanya butek, keruh macam air sungai diobok-obok mesin dompeng. Abaikan saja, yang penting tamasyamu menyenangkan.
Atau, menulis juga bisa diibaratkan seperti memasak. Banyak sudah panduan dan tata cara memasak dengan baik. Tapi saya rasa semua itu membosankan. Saya mau masak apa saja, ya suka-suka saya. Cuma tengok-tengok juga waktu dan tempatnya. Kalau sedang bertamu dan disuguhkan makanan, makan saja. Jangan sok-sok-an protes lalu ke dapur tuan rumah dan memasak. Jangan.
Bagaimana dengan kami yang sedang mengerjakan skripsi, tesis atau desertasi? Mohon maaf, saya tidak bisa membantu. Itu deritamu, siksamu, pedihmu dan azabmu. Jalani dan coba nikmati. Tapi mungkin saya bisa kasih informasi sekaligus mengingatkan, bahwa semaksimal-maksimalnya kamu menyesuaikan tata cara penulisan, metode penelitian, riset yang sempurna, pontang-panting ngolah data, dan membaca beragam buku panduan, namun ingat! Nilaimu tak akan pernah menembus angka 100%. Karena bagi dosen, mustahil nilai itu diberikan. Meskipun mereka sangat memahami bahwa sebenarnya tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Komunitas kalam literasi baru selesai melaksanakan meeting perdana via zoom, hasilnya bersepakat akan menjadi penulis yang bahagia. Ada dua orang peserta meeting yang masih aktif menjadi mahasiswa, semoga saja mereka bahagia dalam proses penulisan skripsinya. Sekali lagi, semoga.
Melalui tulisan ini, tentu saya tidak hendak menyudutkan para akademisi yang “hobi” menulis karya ilmiah, karena sudah jelas bahwa hal itu sangat baik. Tidak juga bermaksud meracuni pikiran adik-adik dan kawan-kawan yang sedang meraba jalan hidup menjadi penulis. Saya hanya mengutarakan bahwa menulis dengan perasaan tersiksa itu tidak nikmat. Maka, menjadi bebaslah dalam menulis. Tulislah sesukamu, wujudkan imajinasimu, jangan biarkan ia menggumpal dalam kepala sehingga menjadi batu sandungan untuk berkarya.
Salam kalam literasi
Hari dimana saya libur mancing, karena kemarin sudah dapat patin besar. Insya Allah cukup untuk lauk dua atau tiga hari ke depan.