Surat Singkat Kepada Calon Gubernur Jambi; “Jambi Jangan Sampai Maju”
*Fajri Al Mughni
Inspirasi tulisan ini muncul gara-gara membaca bukunya Cak Nun (lagi), Demokrasi La Roiba Fih. Cak Nun bercerita banyak tentang sebuah negeri bernama Indonesia yang memiliki banyak pulau. Orangnya ramah-ramah dan suka mengalah. Biarlah negeri lain maju, Indonesia tidak apa-apa kemudian saja.
Pada debat calon Gubernur Jambi tanggal 24 kemarin, ada pembahasan tentang sumber daya alam. Kabarnya, Jambi tak kalah kaya sumber daya alamnya. Ada emas, ada batu bara. Ada juga batu akik. Depan kuburan Cino masih banyak lapaknya.
Tapi selama ini yang saya tau, Jambi sebagai anak kandung Indonesia, nampaknya benar-benar mengikuti ajaran Sang Ibu, mempersilahkan kepada orang lain, atau mungkin juga bangsa lain untuk menggelar pesta. Pesta atas keberhasilan menikmati hasil sumber daya negeri Jambi.
Ini bukan berarti Jambi lemah apalagi kalah, namun menunjukkan bahwa Jambi merupakan negeri yang ramah, lembut, berjiwa besar dan bermurah hati. Negara lain tidak sanggup begitu. Kata Cak Nun, “Negeri kita ini pasti sangat disayang Tuhan, karena rajin bersedekah dan berinfaq. Rakyat rela menderita, yang penting masuk surga. Minoritas yang menikmati memang kaya, tapi sepertinya mereka nanti tinggal di neraka”.
Kepada calon gebernur Jambi yang sedang asik merancang strategi kemenangan, maksudnya semua calon. Saya tidak berani dan jadi salah tingkah ketika hendak menuliskan kepada calon mana surat ini dituju. Disebut Fachrori duluan khawatir dikira penulis bayaran. Mau menulis Cek Endra diawal, takut disangka tim sukses. Atau memulai dengan Al Haris, nanti kata orang saya mendukungnya. Menyebut nama Fasha dipermulaan tulisan, bisa jadi para pembaca menerka bahwa saya fansnya. Apalagi Fasha telah resmi tidak maju. Sama juga kalau saya menyebut nama Abdullah Sani, Syafril Nursal, dan Ratu Munawaroh.
Jadi, surat ini ditujukan kepada semua calon. Jika nanti sudah terpilih, kalau bisa tetap usahakan agar rakyat istiqomah dalam menggapai surga. Jangan biarkan rakyat Jambi maju, karena kalau sudah maju, saya khawatir mereka larut bekerja untuk dunia. Jalan-jalan menjadi mulus, akar gedung menghantam bumi, atapnya menghujam langit, masyarakat cerdas-cerdas, bisa ngomong dengan banyak Bahasa, pariwisata ramai dikunjungi, tidak ada lagi yang meminta-minta, kan kasian orang kaya mau menderma kemana. Hasil pertanian meningkat, harga karet mahal, harga sawit melonjak, tiap bulan masyarakat berangkat umroh, daftar tunggu haji khusus wilayah Jambi kuotanya ditambah, dan anak-anak sekolah gratis, bahkan mampu memberi beasiswa kepada warga luar Jambi. Semoga semua itu tidak terjadi. Jambi jangan sampai maju.
Karena dengan begitu, Jambi akan terus konsisten dalam mendukung Indonesia untuk menjadi negara yang hampir besar.
Salam Kalam Literasi
Gubuk Kalam Literasi, 27 Oktober 2020