Persembahan Seorang Santri (Ulasan ringan Buku “Nadjmi; Guru Sejati dan Politikus Hakiki”)

Sebuah Persembahan Untuk Abah kami, Guru kami KH. Muhammad Nadjmi Qodir Ibrahim dari anak dan murid-muridmu.
Buku ini merupakan apresiasi dan sebuah pengabdian seorang murid terhadap guru. Selain itu, ini juga apresiasi dari anak dan cucu yang mencoba untuk menghadirkannya dalam bentuk tulisan ringan. Meskipun tidak dapat dikategorikan sebagai novel, gaya penulisan ini lebih cenderung pada feuches.
Alur bahasa yang ringan sengaja divisualkan dalam perjalanan sang guru selama memangku tugas selaku pengemban estapet yang diamanahkan untuk mengabdi kepada umat melalui jalur pendidikan di Pondok Pesantren As’ad.
Seorang santri bernama Fajri Al Mughni mencoba untuk menuangkan segala yang telah didapat dari hasil proses pendidikannya, mulai dari saat ia menjadi santri di Pondok Pesantren As’ad hingga masa pendidikan S1 di Al Azhar-Mesir. Karena itu, baginya sang guru Nadjmi bin Abdul Qodir Ibrahim bukan hanya seorang ulama, tetapi juga politikus hakiki.
Dua posisi sekaligus disandang oleh guru Nadjmi; sebagai ulama dan umara. Oleh sebab itu, dua sisi yang sekaligus berjalan sabagaimana adanya, mengalir pada guru Nadjmi bagaikan dua sisi mata pedang menyertai langkah-langkahnya di bawah bendera amanah yang harus ditegakkan.
Apa yang terhidang dalam buku ini, merupakan selayang pandang perjalanan seorang tokoh yang tidak hanya membesarkan anak-anaknya, tetapi juga anak-anak umat sebagai pilar yang aktif dalam menjaga agama Islam dan ajarannya.
Beliau tidak hanya memposisikan dirinya menjadi orang tua bagi anak kandungnya, namun juga menganggap para santrinya seperti anak sendiri. Secara keseluruhan, Ilustrasi yang utuh dari seorang ayah sekaligus seorang guru yang patut untuk diikuti dalam prinsip prinsip khairul ummah.
Bukan sekadar itu, Guru Nadjmi mencoba mengelaborasi dirinya dalam praxis yang dapat dicontoh para muridnya selaku politikus hakiki. Hal ini agaknya diambil oleh sang guru dari jejak ayahnya sendiri yang banyak berpengaruh terhadap sepak terjangnya dalam perjalanan yang telah terukir. Akhirnya, manispesto keikut-sertannya secara langsung dengan sang ayah dimasa KH. Abdul Qodir berjalan selaku Ulama dan Umara.
Salam Kalam Literasi
Muhammad Kamal Muchtar
26 Agustus 2020