Chelsea Kalah 7-1: Refleksi Kekalahan

Chelsea Kalah 7-1: Refleksi Kekalahan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Chelsea Kalah 7-1: Refleksi Kekalahan

Chelsea Kalah 7-1

Sebenarnya berat mau menulis tentang ini. Hatiku remuk, patah-mematah, pecah berkeping-keping, berserak-serak, lebur selebur-leburnya. Pokoknya menanggunglah.

Setiap pemenang pasti punya alasan mengapa ia menang. Demikian pula dengan yang kalah. Bahkan cenderung alasannya lebih banyak. Salah strategilah, sakit perut, sakit kepala, kurang tidur, kurang istirahat dan alasan-alasan lainnya.

Namuni untuk kekalahan Chelsea tadi malam saya hanya punya satu alasan saja. Yaitu karena saya tidak nonton pertandingannya.

Kita simak filosofi kalah

Filosofi pertama: “pemenang adalah yang mengakui kekalahannya”.

Oleh karena itu, untuk mengobati rasa duka ini, dengan jantan dan penuh ketegaran saya katakan bahwa Bayer Munich memang hebat. Anda menang, kami kalah. Silahkan nikmati kemenangan itu tanpa harus terbebani oleh rasa ketidak-enakkan terhadap fans Chelsea. Namun kalau bisa diam-diam saja, usahakan kami tidak tahu kalau anda sedang menikmatinya. Karena kami tidak sama dengan Rizki Billar yang sanggup hadir dipernikahan Dinda Hauw. Rizki Billar sudah lama latihan, tapi yang menang Rey Mbayang.

Filosofi kedua: “kekalahan tidak perlu disesalkan, karena ia merupakan anak tangga kemenangan”.

Sebelum menaiki tangga, terkadang manusia mulai patah hatinya. Tapi ketika semua anak tangga dilalui, tibalah ia kepuncak kemenangan. Oleh sebab itu, anggaplah pertandingan tadi malam sebagai pemanasan untuk menghadapi champion musim depan.

Sudah dua filosofi, tapi kok hati masih berduka ya. Saya coba satu lagi:

Filosofi ketiga: “tidak ada kemenangan yang abadi, begitu juga sebaliknya”.

Nampaknya filosofi ketiga ini akan ampuh. Tapi rasa-rasanya seperti ada unsur negatif di dalamnya. Lebih mirip dengan dendam kesumat. “kali ini anda menang, kita lihat nanti, akan ku jadikan kau pecundang”. Haha… kasar kalau yang ini. Cuma anehnya perasaan menjadi agak lebih tenang. Astaghfirullah.. dasar manusia. Sering tak terima kekalahan.

Apapun itu, apapun yang terjadi, “Chelsea, aku padamu”.

09 Agustus 2020
Hari dimana Chelsea dibantai Munchen.   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Manusia & Agama di Tahun Politik