Stiker WA itu mengganggu mood silaturahimku
Biasanya generasi Islam muroja’ahnya Al-Quran. Kini beralih memuroja’aah pesan WA, DM Instagram, notifikasi FB, dan memeriksa jumlah subscribe channel youtube. Atau mungkin disibukkan dengan melengkapi berkas-berkas kenaikan pangkat.
Hal tersebut memang tidak salah, apalagi terkait kelakuan manusia. Ya silahkan saja, suka-suka dia mau ngapain. Tapi dari sekian banyak kelakuan manusia kreatif ini, ada satu adat yang mengganggu jalannya silaturahimku. Apa itu? Stiker WA.
Sudahlah tidak memurojaah Al-Quran, eee.. pas liat pesan WA isinya stiker. Ingin ku hempaskan hp, tapi sayang, belinya mahal.
Dilema umat makin bertambah. Ada yang bilang non aktifkan saja unduh media dari kolom chat. Selesailah urusan. Tapi kan tidak bisa gitu juga. Kadang ada informasi flyer penting, atau gambar-gambar lainnya yang masuk kategori penting untuk dilihat dan dibaca. Ia jadi bercampur dengan stiker-stiker tidak penting.
Yaa.. memang itu hak pengguna masing-masing. Tapi kan disana juga ada hak pengguna yang lainnya. Ditambah lagi ada yang memang hobinya mengirim stiker karena malas ngetik. Jangan silaturahimlah kalau pemalas. Stikermu yang bertubi-tubi itu mengganggu mood silaturahimku.
Buka WA berharap ada informasi atau balasan yang membuat haru, atau balasan ucapan terima kasih, atau minimal OK saja gak apa-apalah. Atau lain-lain yang sifatnya silaturahim. Tapi setelah dibuka isinya stiker. Katanya stiker juga bagian dari silaturahim. Iya, silaturahim kaum pemalas. haha
Trus kalau ada yang ngirim stiker jawabnya gimana? Mau dijawab dengan ketikan, awak pulak yang malas. Dianya stiker, awak jihad ngetik. Kan tidak fair. Curang. Belum lagi ada aplikasi yang gambar dirinya dibikin stiker. Hampir saya ikutan donlod tuh aplikasi. Hahah
Salahkan saja yang buat stiker. Kami kan hanya memanfaatkan dan menggunakan yang sudah ada. Iya juga sih. Nantilah kapan-kapan yang buat stiker mau diajak ngopi.
Salam Kalam Literasi
Saya yang tak pernah sekalipun memakai dan mengirim stiker WA
26 Juli 2020,
Fajri Al Mughni