Cinta Sering Ditolak Lalu LGBT

Cinta Sering Ditolak Lalu LGBT

Cintanya ditolak oleh agama

Dulu, di Barat orang-orang taat dan patuh pada agama. Teokrasi memegang kendali. Sang Ilahi diakui. Tapi perlahan, oknum agamawan mulai meyimpang. Katanya, “ini dari Tuhan”. Padahal bukan.

Karena penyimpangan berulangkali terjadi, “hamba-hamba Tuhan mulai bosan melihat tingkah para agamawan”. Ketidak-percayaan pada teks-teks suci mulai digaungkan. Lahirlah kebebasan. Dari pikiran turun kehati dan mengajak anggota badan untuk melawan. Agama dianggap telah menolak cinta mereka yang semula suci.

Cintanya ditolak oleh perempuan

Adatnya begini, perempuan itu ditakdirkan untuk menolak. Sementara lelaki kodratnya tidak boleh menolak. Hal ini dimaksudkan agar perempuan selektif dalam memilih. Jangan asal terima mentang-mentang sudah ditraktir 3 kali, diantar-jemput setiap hari, dikirimi pulsa meski sang lelaki berhutang, atau dikirimi pesan bangunin shalat subuh. Jangan.. jangan langsung diterima.

Nah, yang jadi masalah, si lelaki kurang paham adat itu. Dia rela menolak perempuan lain, demi perempuan yang tadi telah menolaknya berulangkali. Si perempuan menolak maksudnya agar si lelaki memperbaiki diri. Karena selama ini modusnya kurang elegan.

Perempuan itu kan macam-macam polanya ketika menerima lelaki. Ada yang menerima karena lelaki itu tampan. Tak peduli dia mau bodoh, nakal, miskin, arogan dan lain-lain. Pokoknya tampan. Ada juga polanya menerima lelaki cerdas. Kekurangan lainnya tak peduli. Ada juga yang menerima lelaki baik. Jelek gak apa-apalah. Ada juga menerima lelaki yang kaya. Mau hancur bagaimana etikanya, sejelek apapun tampangnya, se-nyengat apapun bau parfumnya, dan tidak percaya Tuhan sekalipun, si perempuan tidak peduli. Yang penting kaya. Gak bergantung sama BPJS. Kalau sakit langsung masuk ruangan VIP dan gak pake birokrasi ribet. Pasien udah kejang-kejang urusan masih belum selesai.

Lelaki yang kurang paham soal itu kadang gampang menyerah. Mudah kecewa, mudah patah hati, krasak-krusuk cari jalan bunuh diri yang tidak sakit. Mana ada. Kan ujung-ujungnya tidak jadi bunuh diri. Kemudian cari teman curhat. Berhubung tidak ada perempuan yang mau mendengarkan curhatnya, dia cari lelaki sajalah. Kebetulan si lelaki teman curhatnya itu juga mudah tersentuh. Karena Tuhan tidak hadir dalam dirinya, ditambah lagi sering duduk berdekatan, jadilah LGBT.

Cintanya ditolak oleh lelaki

Ini jelas lelaki yang juga tidak memahami aturan main dan pola. Kan lelaki itu tidak boleh menolak. Terima saja pokoknya. Asalkan dia perempuan, terima saja. Kecuali si perempuan tidak menyadari kodratnya. Misalnya, perempuan itu identik dengan kelembutan. Maka, jangan mencak-mencak tanpa sebab kayak preman pasar nagih setoran. Atau tidak ada gelagat bakal mau melayani suami. Bahkan cenderung nampaknya akan melayani suami orang. Jika begitu, wajar saja kena tolak. Nah jika cinta sering ditolak, artinya segera perbaiki diri. Jangan malah menjadi lesbi.

Cintanya ditolak oleh keluarga

Keluarganya acuh tak acuh. Katanya sih memberi kebebasan. Ada lagi gerakan “tidak boleh ada kekerasan dalam keluarga”. Hal-hal tersebut diterjemahkan serampangan. Sekehendak nafsunya.

Keluarga harus tau bahwa “kebebasan” itu adalah hasil dari sebuah proses aturan-aturan ketat. Misalnya; dalam beragama anak-anak harus dididik ketat bahwa agama adalah solusi. Tapi jangan pula sering ditakuti-takuti dengan neraka. Khawatirnya, Tuhan akan diterjemahkan sebagai “penghukum” saja.

Misal lainnya; anak-anak harus dididik keras tentang etika. Jika tidak boleh, katakan saja “jangan lakukan itu”. Ada sih beberapa teori Barat untuk tidak boleh mengatakan kalimat semacam itu. Itukan teori barat. Teori Islam gak begitu. Dan misal-misal lainnya. Jika sudah melalui proses tersebut, silahkan beri kebebasan kepada anak dan keluarga.

Oleh sebab karena kebebasan tersebut didapat tanpa ada proses ketat tadi, akibatnya, si anak atau keluarga bebas pula memilih mau disalurkan kemana hasrat seksualnya. Sama-sama lelaki gak apa-apalah, yang penting nyaman. Sama-sama perempuan juga gak masalah, yang penting asik. Mau ganti kelamin silahkan saja. Katanya, itu panggilan hati. Atau main hantam semua, lelaki oke, perempuan jadi, hewan boleh juga. Atau yang paling gak jelas lagi, suami/istriku adalah hayalanku. Wah kacau kalau begini. LGBT tingkat tinggi.

Jika ada yang bertanya bagaimana pendapat anda tentang LGBT? Suruh saja buka Al-Quran surah al-A’raf ayat 80-32. Disana tergambar bahwa perilaku tersebut sangat dilarang keras. Atau buka Al-Kitab, cek di Perjanjian Lama, kitab kejadian dua, nomor 18-25. Disana jelas bahwa pasangan untuk lelaki adalah perempuan. Pun begitu sebaliknya.

Loh mengapa harus ke kitab suci sih? Trus maunya ke kitab kotor?

Kan ada tinjuan lain. HAM misalnya.

Dengar sini, HAM itu bentukkan manusia. Yang namanya bentukan manusia pasti sudah bercampur dengan nafsu syahwat serta hasrat. Bukan murni atas dasar kebenaran mutlak.

Tapi kan kebenaran itu relatif?

Iya, tapi relatif menurut manusia. Menurut Tuhan kebenaran itu multak. Yang benar itu adalah manusia yang mengikuti kehendak Tuhan, meski bagi Tuhan tidak ada pengaruhnya. Disanalah letaknya hakikat kebenaran Tuhan. Kalau manusia berbuat masih mengaharap pamrih. Kalau Tuhan kan tidak.

Loh apa pamrih itu salah?

Allahu akbar.. gimana kalau kita pergi ke jembatan aurduri II, sampai disana kamu terjun. Saya tidak.

Salam kalam literasi

Fajri Al Mughni

Jambi, 28 Juni 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

BacaanTerkini

Pen Besi di Kaki Ibu Siti, dan Besi Tumpul di Kepala Pejabat Negeri
Siti Maswa, Sang Perempuan dengan Pen ...
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu ...
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Di tanah Merangin dan Sarolangun yang ...

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Proyek Historiografi DAHA
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Pilpres dan Mahasiswa