Waria Juga Pejuang

Waria Juga Pejuang

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Email
Print

Waria Juga Pejuang

Waria sebagai Pejuang: Kisah Perjuangan yang Menginspirasi

Sebenarnya agak kurang nyaman omongin waria. Dari kepanjangannya saja sudah janggal, ‘wanita pria’. Tapi tak apalah, kita bahas saja dulu tentang waria juga pejuang ini. Siapa tau menginspirasi.

Sama halnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain, ‘waria’ juga profesi. Meski terkadang si waria juga punya profesi lain. Tapi saya gak berani memberikan misal profesinya yang lain, takut ada yang tersinggung.

Beberapa hari yang lalu, viral di media sosial seorang pemuda memberi sedekah ke pada beberapa waria, sedekah sampah dan batu bata. Alamak.. tega nian anak muda itu. Meski sebenarnya saya juga geli melihat paduan hawa dan adam ini, tapi ya gak gitu-gitu juga dalam memperlakukan mereka. Kasian..

Mengapa wadam juga disebut pejuang?

Pertama, dari antusias mereka menerima sedekah, keliatan bahwa mereka adalah orang yang sangat membutuhkan. Salah seorang wadam berterima kasih dengan mengucapkan ‘jazakallah ya..’. astaghfirullah.. saya bertambah geli. Sungguh itu merupakan perpaduan antara kekacauan hidup dan motivasi Tuhan dalam dirinya. Mau ditempeleng takut dia melawan, mulutnya bisa keluar api.

Kedua, mereka rela menghabiskan malam mencari uang, tak peduli hujan dan kedinginan. Kata mereka, “sini aku hangatin”. Jujur, sambil nulis ini perutku mual.

Ketiga, wadam jelas tak sama dengan transgender. Wanita dan pria ini cenderung miskin, transgender kemungkinan banyak duit. Biaya operasinya pasti mahal. Kalau pun ada waria yang kaya, bisa dipastikan ia kaya karena jualannya laris manis. Promosinya menarik.

Keempat, Hasrat seksualnya tak murni. Ia rela memanipulasi diri karena alasan ekonomi. Walaupun mungkin lama kelamaan menikmati. Lama-lama saya bertambah mual.

Terakhir, kesimpulannya ialah wadam terbukti penting dan diperhatikan. Buktinya tuh pemuda sekarang sudah ditangkap. Saya yang tak mengerti hukum menafsirkannya seperti itu. Oleh karenanya, mulai hari ini ayolah kita beri perhatian lebih kepada waria. Rangkul mereka, ajak makan-makan. Barangkali diantara mereka ada yang puasa, nah kasih mereka makanan untuk berbuka puasa. Setelah itu, kasihkan ke ustadz biar dirukiah. Atau kasih liat mereka video-video tentang tanda-tanda akhir zaman.

Wajar saja ada prediksi peristiwa dukhon. Mungkin arahnya kesana. Atau mungkin bisa jadi maksud orang yang memprediksi itu adalah sebagai anjuran agar waria di semprot pakai dukhon disinfektan.

Terima kasih sudah membaca, semoga kawan-kawan tidak ikutan mual.

Salam kalam literasi

Fajri Al Mughni

8 Mei 2020 (tidak jadi dukhon)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

InstagramKLI

BacaanTerkini

“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
“Ijazah: Antara Tuhan, Toga, dan Tipu Daya”
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Socrates Naik Dompeng: Logika Liar di Negeri Izin Fiktif
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"

KategoriBacaan

ProgramTerbaik

BacaanLainnya

Dosen, Gelar, dan Makalah Copas: Komedi Tragis di Kampus Ilmu
"Wisudawan, Toga, Like, dan Cinta yang Tertinggal di Ruang Dosen"
Guratan Tak Terlihat di Balik Nilai
Pelatihan Literasi Digital di Desa Pematang Pauh 2024
Dari Jambi dan Kendari Menuju Kairo 2024
Persiapan Menuju Negeri Piramida 2025
Dari Jambi Menuju Kairo 2024
Manusia & Agama di Tahun Politik
Pilpres dan Mahasiswa
Menapaki Mimpi di Mesir dan Turki